Selasa, 30 Oktober 2018

Amaccangeng (kecendekiaan)


Kecendekiaan (Amaccangeng)



Macca berasal dari kata “acca” yang berarti cakap, cendekia, atau intelek. Dalam Lontara dikatakan bahwa orang yang mengetahui hukum adat dan bijaksana disebut “toaccata” atau orang pintar kita. Nahh…coba kaji defenisi kecakapan yang didedahkan dalam bahasa bugis berikut:

Aja nasalaiko acca sibawa lempu,
Naia riasennge acca,
De’gaga masussa napogau,
De’ to ada masussa nabali ada madeceng malemmae,
Mateppe’i ripadanna rupa tau,
Naia riasennge lempu,
Makessing gau’na
Patujui nawa nawanna,
Madecenngi ampena,
Namatau ri dewata seuwae. (LPT: 154)
Ungkapan di atas menunjukkan bahwa ciri manusia cendekia adalah mampu melakukan sesuatu, mengemukakan pendapat, mampu mengatasi berbagai macam persoalan, sehingga dipercaya sesamanya. Namun kecendekiaan mesti dibarengi dengan kejujuran. *** terlebih bagi pemimpin.. kecendekiaan dan kejujuran mesti berumah di jiwanya.. hehe jika tidak.. dak usah jadi pemimpin!!
Pentingnya kecendekiaan dalam mengarungi bahtera kehidupan, dapat dilirik dalam ungkapan lontara berikut:
  
Eppa’i  tanranna taue namacca (empat cirri orang cakap):

Malempu’i namatette’ (teguh dalam kejujuran)
Makurang cai’i  (tidak sembarang marah)
Mara’de na rigau’ sitinajae (selalu berbuat patut)
Makurang paui ri padanna tau  (tidak banyak bicara) 


Ungkapan diatas luar biasa kan…. Jadi begini, orang cendekia menyadari dan meyakini kebenaran yang terkandung dalam kejujuran, sehingga ia tidak perlu ragu untuk tetap teguh mengamalkan kebenaran yang akhirnya menjelma menjadi suatu kebiasaan.

Orang cendekia selalu berbuat patut. Karena ia sadar bahwa harga dirinya dapat memisahkan perbuatan baik dari perbuatan buruk. Itulah sebabnya orang cendekia kurang banyak bicara. Maksudnya.. orang cendekia hanya bicara seperlunya dan tidak membicarakan hal yang tidak bermanfaat, contohnya bergunjing (eitss.. jadi kagak boleh bergunjing yaa.. bicarakan aja hal hal yang bermanfaat, hehe)

Basennang Saliwangi bertutur:
Ulaweng mammekko’e, salaka mappaue (Saliwangi 1997)
Artinya: emas yang diam, perak yang bicara

Maksudnya begini…berbicaralah seperlunya.. tidak usah membicarakan hal hal yang tidak bermanfaat. orang yang banyak bicara tetapi tidak mampu membuktikannya dalam dunia nyata dinamakan “ tau de’na onroi ada tongenna (orang yang tidak memegang perkataannya)”

*Sumber: Mashadi Said. Jati Diri Manusia Bugis. Jakarta: Pro de Leader. 2016. h. 154

Tidak ada komentar:

Posting Komentar