Minggu, 29 Maret 2015

lampu lalu lintas



Guru Diibaratkan Sebagai Lampu Lalu Lintas
Guru sebagai pendidik diibaratkan sebagai lampu lalulintas  harus memahami kelemahan dan kelebihan peserta didiknya dan mengetahui setiap kebutuhan pada setiap jenjang usia yang ada pada peserta didiknya, karena mereka sebagai individu tetap mempunyai perbedaan perbedaan yang mendasar dan mempunyai kebutuhan yang mendasar pula. Dalam kondisi seperti itu tentu saja guru profesional harus memberikan pelayannan yang tepat kepada peserta didiknya. Agar peserta didik dapat tumbuh dan berkembang dengan baik.  Sesungguhnya guru sebagai pendidik, pada waktu tertentu harus mendidik sesuai dengan kebutuhan siswa. Pada situasi tertentu guru harus menghentikan perilaku peserta didik demi kebaikan peserta didik itu sendiri, pada situasi yang lain guru harus membimbing peserta didik agar berkembang dengan baik, dan guru harus mengawasi dan memberikan motivasi pada setiap fase perkembangan peserta didiknya. Adapun contoh konkrit dari guru sebagai pendidik diibaratkan lampu lalulintas dijelaskan sebagai berikut:
1.    Lampu Merah
            Lampu merah bermakna mengehentikan/lambang larangan atau stop. Jika dikaitkan dengan mendidik, maka perlu diketahui apa yang harus dihentikan, alasan dihentikannya, dan outputnya jika dihentikan. Tentu yang harus dihentikan adalah seuatu yang tidak baik bagi perkembangan peserta didik. Conoth konkkrit: penyimpangan moral. Dalam dunia sekolah dasar saya pernah menjumpai seorang anak yang sering memukul temannya, dan memukul meja pada saat ditegur oleh gurunya. Ini adalah contoh penyimpangan moral yang ternyata disebabkan pola asuhan keluarga yang keras dan anak ini terabaikan. Hal ini jelas bahwa anak-anak akan belajar meniru dari apa yang mereka lihat dan mereka ketahui, setelah mereka tiru mereka akan merespon dan akhirnya mereka mengaplikasikan tiruan mereka pada kehidupan nyata.
            Vygotsky mengemukakan bahwa interaksi sosial yang berfungsi sebagai perantara budaya langsung dalam komunikasi interpersonal antar anak dan orang dewasa atau teman sebayanya. Melalui proses ini perkembangan mental tingkat tinggi berkembang sejalan dengan perkembangan budaya di sekitar anak. Selanjutnya anak mengkonstruksi pengetahuannya yang berkaitan dengan berbagai pengalaman interaksi sosial yang dialaminya. Proses ini disebut vygotsky dengan istilah cultural mediation dan proses mental
             Solusinya adalah guru seharusnya tidak mentolerir jika terjadi kekerasan.  Melakukan kontrol bersama baik orang tua maupun guru harus melakukan kontrol bersama demi kebaikan anak. Outputnya jika solusi ini diterapkan adalah peserta didik akan tumbuh dan berkembang menjadi peribadi yang berahklak mulia. Seperti yang dikemukakan dalam teori yusuf Syamsu (2003:37) bahwa keluarga memiliki peran penting dalam mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih sayang dan pendidikan nilai tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun sosial budaya yang diberikannya merupakan factor yang kondusif untuk mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.

2.    Lampu Kuning
            Lampu kuning adalah symbol hati -hati dan waspada. Hal ini biasanya diterapkan pada saat mendidik anak yang  dalam proses perkembangannya terdapat hambatan, namun belum terlalu parah sehingga harus didik dengan hati-hati agar dapat berkembang dengan baik. Contoh: seorang anak SD kelas V yang tidak pernah berbicara di kelas, dan pada saat ditanya maka dia akan menangis dan jarang bersosialisasi dengan teman temannya. Penyebab perilaku anak tersebut adalah anak haus akan perhatian alias terabaikan. Selain itu terdapat anak lain yang sering bolos sekolah pada saat jam istirahat, jarang membawah buku ke sekolah, hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian orang tua, serta pengaruh teknologi.
            Solusinya adalah guru dan orang tua harus memahami kelemahan dan kelebihan anak itu agar dapat memenuhi kebutuhan perkembangannya. Guru tidak boleh membiarkan hal ini terus terjadi, dan tidak boleh langsung ditegur dengan tegas(contoh: kamu salah! Jangan diulangi.), jika seperti itu maka anak akan semakin tertekan dan stress. Biarkanlah anak itu bekembang dan peran guru adalah mendidik dengan pelan, waspada, dan terus memberikan motivasi. Seperti yang dikemukakan dalam teori kebutuhan yang dikembangkan oleh (lidgren): terdapat 4 apek kebutuhan :1)kebutuhan jasmaniah, temasuk keamanan dan pertahanan diri: berkaitan dengan pemeliharaan dan pertahanan diri yang sifatnya individual. 2)perhatian dan kasih sayang: berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memiliki. Seperti kebutuhan untuk diperhatikan, diterima atau diakui teman. 3) kebutuhan untuk memiliki: kebutuhan yang berkaitan dengan mencari teman, atau pegangan opada orang lain, 4) aktualisasi diri : kebuthan yang terkait dengan pengembangan diri yang lebih rumit dan bersifat rasional.
            Lingkungan pendidikan sebaiknya menyediakan berbagai kegiatan yang mendorong perkembangan kongnitif anak. Interaksi anak dengan teman – teman sebayanya adalah perlu karena melalui kegiatan bermain anak akan melakukan berbagai kegitan positif, seperti melakukan eksplorasi, inquiri dan menemukan berbagai hal yang baru atau discovery. Semua aktivitas tersebut memperkaya pengalaman empirik, logika – matematika dan sosial anak.

3.    Lampu Hijau
Lampu hijau adalah symbol bebas dan aman. Pada tahap ini proses perkembangan peserta didik berjalan dengan normal, contoh : ketika peserta didik Anak-anak usia sekolah dasar dengan karakteristik yang sangat unik dan berbeda-beda dapat berkembang dengan baik, seperti: senang bermain dengan teman-temannya, senang bergerak, senang bekerja kelompok dengan teman sebayanya, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Meskipun dalam proses belajar mereka berkembang dengan baik, namun guru seharusnya tetap memberikan pengawasan terhadap anak itu, tetap memberikan motivasi yang baik karena perkembangan anak pada usia sekolah khususnya sekolah dasar dewasa ini lebih didominasi oleh pengaruh-pengaruh dari lingkungan luar (masyarakat). Menurut pandangan piaget ( 1974) yang menyatakan bahwa anak membangun kemampuan kongnitifnya melalui interaksi dengan dunia sekitarnya. Berdasarkan teori Piaget, maka orang tua dan guru harus bersama-sama memahami kebutuhan anak/peserta didik.

























Tidak ada komentar:

Posting Komentar