Guru
Diibaratkan Sebagai Lampu Lalu Lintas
Guru
sebagai pendidik diibaratkan sebagai lampu lalulintas harus memahami kelemahan dan kelebihan
peserta didiknya dan mengetahui setiap kebutuhan pada setiap jenjang usia yang
ada pada peserta didiknya, karena mereka sebagai individu tetap mempunyai
perbedaan perbedaan yang mendasar dan mempunyai kebutuhan yang mendasar pula.
Dalam kondisi seperti itu tentu saja guru profesional harus memberikan
pelayannan yang tepat kepada peserta didiknya. Agar peserta didik dapat tumbuh
dan berkembang dengan baik. Sesungguhnya
guru sebagai pendidik, pada waktu tertentu harus mendidik sesuai dengan
kebutuhan siswa. Pada situasi tertentu guru harus menghentikan perilaku peserta
didik demi kebaikan peserta didik itu sendiri, pada situasi yang lain guru
harus membimbing peserta didik agar berkembang dengan baik, dan guru harus
mengawasi dan memberikan motivasi pada setiap fase perkembangan peserta
didiknya. Adapun contoh konkrit dari guru sebagai pendidik diibaratkan lampu
lalulintas dijelaskan sebagai berikut:
1.
Lampu Merah
Lampu
merah bermakna mengehentikan/lambang larangan atau stop. Jika dikaitkan dengan
mendidik, maka perlu diketahui apa yang harus dihentikan, alasan dihentikannya,
dan outputnya jika dihentikan. Tentu yang harus dihentikan adalah seuatu yang
tidak baik bagi perkembangan peserta didik. Conoth konkkrit: penyimpangan
moral. Dalam dunia sekolah dasar saya pernah menjumpai seorang anak yang sering
memukul temannya, dan memukul meja pada saat ditegur oleh gurunya. Ini adalah
contoh penyimpangan moral yang ternyata disebabkan pola asuhan keluarga yang
keras dan anak ini terabaikan. Hal ini jelas bahwa anak-anak akan belajar
meniru dari apa yang mereka lihat dan mereka ketahui, setelah mereka tiru
mereka akan merespon dan akhirnya mereka mengaplikasikan tiruan mereka pada
kehidupan nyata.
Vygotsky mengemukakan bahwa interaksi sosial yang berfungsi
sebagai perantara budaya langsung dalam komunikasi interpersonal antar anak dan
orang dewasa atau teman sebayanya. Melalui proses ini perkembangan mental
tingkat tinggi berkembang sejalan dengan perkembangan budaya di sekitar anak.
Selanjutnya anak mengkonstruksi pengetahuannya yang berkaitan dengan berbagai
pengalaman interaksi sosial yang dialaminya. Proses ini disebut vygotsky dengan
istilah cultural mediation dan proses mental
Solusinya adalah guru seharusnya tidak
mentolerir jika terjadi kekerasan. Melakukan
kontrol bersama baik orang tua maupun guru harus melakukan kontrol bersama demi
kebaikan anak. Outputnya jika solusi ini diterapkan adalah peserta didik akan
tumbuh dan berkembang menjadi peribadi yang berahklak mulia. Seperti yang
dikemukakan dalam teori yusuf Syamsu (2003:37) bahwa keluarga memiliki peran
penting dalam mengembangkan pribadi anak. Perawatan orang tua yang penuh kasih
sayang dan pendidikan nilai tentang nilai-nilai kehidupan, baik agama maupun
sosial budaya yang diberikannya merupakan factor yang kondusif untuk
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat.
2.
Lampu Kuning
Lampu
kuning adalah symbol hati -hati dan waspada. Hal ini biasanya diterapkan pada
saat mendidik anak yang dalam proses
perkembangannya terdapat hambatan, namun belum terlalu parah sehingga harus
didik dengan hati-hati agar dapat berkembang dengan baik. Contoh: seorang anak
SD kelas V yang tidak pernah berbicara di kelas, dan pada saat ditanya maka dia
akan menangis dan jarang bersosialisasi dengan teman temannya. Penyebab
perilaku anak tersebut adalah anak haus akan perhatian alias terabaikan. Selain
itu terdapat anak lain yang sering bolos sekolah pada saat jam istirahat,
jarang membawah buku ke sekolah, hal ini disebabkan oleh kurangnya perhatian
orang tua, serta pengaruh teknologi.
Solusinya
adalah guru dan orang tua harus memahami kelemahan dan kelebihan anak itu agar
dapat memenuhi kebutuhan perkembangannya. Guru tidak boleh membiarkan hal ini
terus terjadi, dan tidak boleh langsung ditegur dengan tegas(contoh: kamu
salah! Jangan diulangi.), jika seperti itu maka anak akan semakin tertekan dan
stress. Biarkanlah anak itu bekembang dan peran guru adalah mendidik dengan
pelan, waspada, dan terus memberikan motivasi. Seperti yang dikemukakan dalam
teori kebutuhan yang dikembangkan oleh (lidgren): terdapat 4 apek kebutuhan
:1)kebutuhan jasmaniah, temasuk keamanan dan pertahanan diri: berkaitan dengan
pemeliharaan dan pertahanan diri yang sifatnya individual. 2)perhatian dan
kasih sayang: berkaitan erat dengan kebutuhan untuk memiliki. Seperti kebutuhan
untuk diperhatikan, diterima atau diakui teman. 3) kebutuhan untuk memiliki:
kebutuhan yang berkaitan dengan mencari teman, atau pegangan opada orang lain,
4) aktualisasi diri : kebuthan yang terkait dengan pengembangan diri yang lebih
rumit dan bersifat rasional.
Lingkungan pendidikan sebaiknya
menyediakan berbagai kegiatan yang mendorong perkembangan kongnitif anak.
Interaksi anak dengan teman – teman sebayanya adalah perlu karena melalui
kegiatan bermain anak akan melakukan berbagai kegitan positif, seperti
melakukan eksplorasi, inquiri dan menemukan berbagai hal yang baru atau
discovery. Semua aktivitas tersebut memperkaya pengalaman empirik, logika –
matematika dan sosial anak.
3.
Lampu Hijau
Lampu hijau adalah
symbol bebas dan aman. Pada tahap ini proses perkembangan peserta didik
berjalan dengan normal, contoh : ketika peserta didik Anak-anak usia sekolah dasar dengan karakteristik
yang sangat unik dan berbeda-beda dapat berkembang dengan baik, seperti: senang
bermain dengan teman-temannya, senang bergerak, senang bekerja kelompok dengan
teman sebayanya, dan senang merasakan atau melakukan sesuatu secara langsung. Meskipun
dalam proses belajar mereka berkembang dengan baik, namun guru seharusnya tetap
memberikan pengawasan terhadap anak itu, tetap memberikan motivasi yang baik
karena perkembangan anak pada usia sekolah khususnya sekolah dasar dewasa ini
lebih didominasi oleh pengaruh-pengaruh dari lingkungan luar (masyarakat).
Menurut pandangan piaget ( 1974) yang menyatakan bahwa anak membangun kemampuan
kongnitifnya melalui interaksi dengan dunia sekitarnya. Berdasarkan teori
Piaget, maka orang tua dan guru harus bersama-sama memahami kebutuhan
anak/peserta didik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar