Assimellereng/asimElErE (Kesolideran)
Writer: Andi Kilawati
Konsep assimellereng mengandung makna kesehatian,
kerukunan, kesatupaduan antara satu dengan yang lain. Memiliki rasa
kekeluargaan yang tinggi, setia kawan, cepat merasakan penderitaan orang lain,
tidak tega membiarkan saudaranya dalam keadaan menderita, dan cepat bertindak
dalam penyelamatan musibah yang menimpa seseorang, yang dikenal dengan konsep
“sipa’ depu repu/ sipedpu erpu” (saling memelihara, saling kasih mengasihi).
Manifestasi kesehatian dan kerukunan dalam ungkapan bugis
disebut “tEjli tEteper
bn mes mes/ tejjali tettappere, banna
mase-mase” (tanpa tikar/permadani/ kursi, kecuali kaish sayang).
Ungkapan tersebut biasa diucapkan tatkala seorang tuan rumah kedatangan tamu,
karena keinginan menjamu tamunya dengan baik, tuan rumah berusaha menunjukkan
layanan yang sangat baik kepada sang tamu. Maksud ungkapan tadi bahwa, kami
tidak mempunyai apa apa kecuali kasih sayang.
Secara Lontara, bersikap solider adalah membuka diri pada
orang lain dalam menegakkan persahabatan. Dalam ungkapan Bugis ditegaskan:
tEsisPoa
auri loa tEsipaopGE pmutu/ Tessisampoang uring loa,
tessipaoppangeng pamuttu
(LPT:10)
Artinya:
tidak tutup menutupkan belanga, tidak
tutup menutupkan kuali.
Ungkapan itu berarti
tidak patut menutup diri kepada sanak keluarga atau kawan, khususnya ketika
mereka membutuhkan bantuan kita. Belanga dan kuali sebagai alat memasak
merupakan simbol kesejahteraan keluarga. Mmmm… jadi apabila seseorang
benar-benar butuh bantuan, maka kewajiban kita adalah membuka diri untuk
memberi bantuan.
rEb siptoko (Rebba sipatokkong)
mli siprep (Mali’ siparappE)
siwt emeR tE siruai no (Siwata’
mEnrE’ tessirui’ No’)
mlilu sipkaiGE(Malilu’
sipakainge’)
maiGEpi mupj (Mainge’pi mupaja.)
Artinya: rebah tegak menegakkan,
Hanyut dampar mendamparkan,
Tarik menarik keatas, bukan tarik
menarik ke bawah,
Tak berhenti sampai sadar.
Tolong menolong dalam
kebaikan dan kebenaran, bahu membahu
untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan menjalin hubungan bersasarkan
keikhlasan dan kebenaran merupaka perwujudan dari rasa solider atau kebersamaan.
siiati
lim sitoR al tEsibEEela (Siatting lima. Sitonra ala,
tessibelleang)
Artinya: berbimbing tangan, bergandeng
takaran, tidak khianat mengkhianati.
Dalam segala hal
kebenaran, kita dianjurkan untuk selalu bergandengan tangan dalam menghadapi
persoalan hidup. Untuk menjalin hubungan yang baik antar sesama manusia kita
dituntut memperlakukan orang lain dengan sebaik baiknya. Memisahkan diri dalam
suatu perjuangan merupakan suatu pengkhianatan, oleh karena itu adat selalu
mengajarkan agar setiap individu Bugis selalu berlaku setia, dalam keadaan
apapun dalam suatu perjuangan.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar