Jumat, 28 September 2018

The Precious Stone (Batu-Batu Mulia)


The precious stone (batu-batu mulia)
Writer: Kila

Seorang lelaki separoh baya dengan celana pendek duduk dibangku tua sambil menggosok batu permata. “Ahh inilah The precious stone yang digosok bapak itu”, pikirku.

Jadi begini…. Bintang itu, memiliki sinar berbeda-beda dan memiliki efek yg berbeda-beda pula. Beberapa sinarnya menyebabkan hati manusia melebar dengan perasaannya, ada pula diantaranya yang meningkatkan sirkulasi darah. sinar sinar itu membuat berbagai perbedaan bergantung pada mediumnya.

Batu-batu mulia terbentuk dalam batu pasir, karena ada pori-pori pada batu ini, melalui pori-pori inilah benda benda angkasa mampu memindahkan kekuatan mereka  ke dalamnya. Ketika bintang terus menerus menyeburkan cahaya sinar mereka pada  batu-batu ini  selama ribuan tahun maka dihasilkanlah berbagai jenis permata.
Misalnya medium Jupiter menghasilkan batu delima. Maka dimanapun terdapat batu delima. sinar Jupiter akan jatuh mengikuti keberadaannya. Dan sinar itu akan memasuki tubuh yang memakai batu itu.

***catatan ini sy tulis disore hari... ketika kangen masa ngontrak bareng teh Neng.. setiap sore kami menyaksikan seorang pakde duduk dibangku tua sambil menggosok batu permata. mungkin saja sekarang bapak itu masih setia menggosok  The precious stone nya.. di sore hari…. atau mungkin bapak itu sudah tiada.. akhhh entahlah...



Rabu, 26 September 2018

Assimellereng (Kesolideran)


Assimellereng/asimElErE (Kesolideran)
Writer: Andi Kilawati

Konsep assimellereng mengandung makna kesehatian, kerukunan, kesatupaduan antara satu dengan yang lain. Memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi, setia kawan, cepat merasakan penderitaan orang lain, tidak tega membiarkan saudaranya dalam keadaan menderita, dan cepat bertindak dalam penyelamatan musibah yang menimpa seseorang, yang dikenal dengan konsep “sipa’ depu repu/ sipedpu erpu” (saling memelihara, saling kasih mengasihi).

Manifestasi kesehatian dan kerukunan dalam ungkapan bugis disebut “tEjli tEteper bn mes mes/ tejjali tettappere, banna mase-mase” (tanpa tikar/permadani/ kursi, kecuali kaish sayang). Ungkapan tersebut biasa diucapkan tatkala seorang tuan rumah kedatangan tamu, karena keinginan menjamu tamunya dengan baik, tuan rumah berusaha menunjukkan layanan yang sangat baik kepada sang tamu. Maksud ungkapan tadi bahwa, kami tidak mempunyai apa apa kecuali kasih sayang.

Secara Lontara, bersikap solider adalah membuka diri pada orang lain dalam menegakkan persahabatan. Dalam ungkapan Bugis ditegaskan:

tEsisPoa auri loa tEsipaopGE pmutu/ Tessisampoang uring loa, tessipaoppangeng pamuttu (LPT:10)
Artinya: tidak tutup  menutupkan belanga, tidak tutup menutupkan kuali.

Ungkapan itu berarti tidak patut menutup diri kepada sanak keluarga atau kawan, khususnya ketika mereka membutuhkan bantuan kita. Belanga dan kuali sebagai alat memasak merupakan simbol kesejahteraan keluarga. Mmmm… jadi apabila seseorang benar-benar butuh bantuan, maka kewajiban kita adalah membuka diri untuk memberi bantuan.

rEb siptoko (Rebba sipatokkong)
mli siprep (Mali’ siparappE)
siwt emeR tE siruai no (Siwata’ mEnrE’ tessirui’ No’)
mlilu sipkaiGE(Malilu’ sipakainge’)
maiGEpi mupj (Mainge’pi mupaja.)

Artinya: rebah tegak menegakkan,
Hanyut dampar mendamparkan,
Tarik menarik keatas, bukan tarik menarik ke bawah,
Tak berhenti sampai sadar.

Tolong menolong dalam kebaikan dan kebenaran, bahu membahu  untuk menyelesaikan suatu pekerjaan, dan menjalin hubungan bersasarkan keikhlasan dan kebenaran merupaka perwujudan dari rasa solider atau kebersamaan.

siiati lim sitoR al tEsibEEela (Siatting lima. Sitonra ala, tessibelleang)
Artinya: berbimbing tangan, bergandeng takaran, tidak khianat mengkhianati.

Dalam segala hal kebenaran, kita dianjurkan untuk selalu bergandengan tangan dalam menghadapi persoalan hidup. Untuk menjalin hubungan yang baik antar sesama manusia kita dituntut memperlakukan orang lain dengan sebaik baiknya. Memisahkan diri dalam suatu perjuangan merupakan suatu pengkhianatan, oleh karena itu adat selalu mengajarkan agar setiap individu Bugis selalu berlaku setia, dalam keadaan apapun dalam suatu perjuangan.


Selasa, 25 September 2018

Reso Na Tinulu' (Usaha dan Ketekunan)


erso  n  tinulu
reso na tinulu

writer: Andi Kilawati (adi kilwti)


reso na tinulu terdiri atasa dua kata, yaitu reso dan tinulu yang dihubungkan ole na (dan). Secara harfiah reso berarti usaha dan tinulu berarti tekun. Bagi masyarakat bugis, untuk mendapatkan prestasi dalam hidup, hanya dapat ditempuh dengan usaha yang disertai dengan ketekunan. Tanpa usaha yang sertai ketekunan mustahil prestasi itu dapat dicapai. Dalam ungkapan lontara disebut:

ea klki  edg gg ger plomu muoRo eser ri llEeG.
edkua gg plaomu laoko ri brugea emKliG bicr adE.
aiyerg laoko ripsea emKliG ad pblu.

E kalaki de’ga gaga pallaommu muonro sere ri lalengnge?
Dekkua de’gaga pallaommu laoko ri barugaE mengkalinga bicara ade’
Iaregga laoko pasa’e mengkalinga ada pabbalu.

*Arti: wahai anak muda tidak adakah kegiatanmu sehingga engkau berada di tepi jalan?
Jika tidak ada kegiatanmu pergilah ke Baruga (balai pertemuan) mendengar cerita adat, ataukah engkau ke pasar mendengar celoteh penjual.

ersop n tinulu kuaea top tEmGiGi mlomo neletai pmes edwt esauwea.

Resopa kuaE topa temmangingi namalomo naletei pammase dewata seuwaE.
*Arti: hanya usaha, kerajinan, dan ketekunanlah yang dapat menjadi titian rahmat Ilahi.

Ungkapan di atas memberi arahan kepada generasi muda untuk memanfaatkan waktunya untuk menuntut ilmu dengan mengikuti balai pertemuan mendengarkan ajaran adat istiadat, tata krama, dan hukum adat.

Bagi manusia bugis, usaha mesti disertai dengan ketekunan dan ketabahan untuk mencapai cita-cita. Hal itu merupakan bekal dalam menghadapi tantangan dan syarat mutlak dalam menggapai berhasilan.

Manusia mesti mempunyai sikap tekun untuk memperoleh keberhasilan hidup. Dalam sebuah ungkapan:
wea tEti sEbo btu elpn. (waE tetti sebbo batu leppana)
arti: air menetes (sedikit demi sedikit) dapat melubangi batu cadas.

Untuk mencapai prestasi dalam hidup, usaha keras yang disertai dengan ketekunan merupakan hal mutlak. Dalam sejarah umat manusia, status sosial yang lebih baik, baik dalm meraih kekayaan, jabatan, maupun ilmu pengetahuan tidak bisa diraih tanpa melalui kerja keras. Menurut lontara’, usaha keras, ketekunan, dan ketabahan adalah hal yang harus dimiliki oleh setiap individu, karena ketiga hal tersebut adalah harta yang tak ada habisnya:
aEK tElu wrPr tEcpu  aianrtu.
ad medec
mlEPuea nmtinulu

Engka tellu warang parang teccappu’ ianaritu:
Ada madeceng,
gau’ madeceng,
malempu’E namatinulu’

Makna: ungkapan di atas jelas tergambar bahwa usaha keras dan ketekunan merupakan salah satu aset pada diri manusia untuk mencapai suatu keberhasilan hidup. Disamping itu, komunikasi yang baik, tekad melakukan  perbuatan terpuji serta membiasakan diri berbuat jujur merupakan modal utama dalam hidup. Karena ketiga hal tersebut merupakan harta benda yang tiada habisnya.