Cooperative Learning Berbasis Perkembangan Peserta Didik
Writer: Andi Kilawati
A.
Latar
Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, paradigma lama mengenai proses
belajar mengajar bersumber pada teori ( atau mungkin lebih tepatnya asumsi) tabula rasa John Locke, yang mengatakan
bahwa pikiran seorang anak seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap
menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata lain seorang anak ibaratkan botol
kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan sang
maha guru. Berdasarkan asumsi ini banyak guru yang melaksanakan kegiatan-kegiatan
belajar mengajar sebagai berikut. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia,
hal.2)
a. Memindahkan
pengetahuan dari guru ke siswa. Tugas utama seorang guru adalah memberi dan
tugas seorang siswa adalah menerima. Guru memberikan informasi dan mengharapkan
siswa untuk menghafal dan mengingatnya.
b. Mengisi
botol kosong dengan pengetahuan. Siswa adalah penerima pengetahuan yang pasif.
Guru memiliki pengetahuan yang nantinya akan dihafal oleh siswa.
c. Mengotak-ngotakkan
siswa. Guru mengelompokkan siswa berdasarkan nilai dan memasukkan siswa dalam
kategori, siapa yang berhak naik kelas, siapa yang tidak, siapa yang bisa lulus
dan siapa yang tidak. Kemampuan dinilai dengan ranking dan siswa pu direduksi menjadi angka-angka.
d. Memacu
siswa dalam kompetisi bagaikan ayam aduan. Siswa bekerja keras untuk
mengalahkan teman sekelasnya. Siapa yang kuat dia yang menang. Orang tua pun
saling bersaing menyombongkan anaknya masing-masing dan menonjolkan prestasi
anaknya bagaikan memamerkan binatang aduan.
Paradigma lama adalah guru
memberikan pengetauan kepada siswa yang pasif. Dalam konteks pendidikan
tinggi, paradigm lama ini juga berarti
jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti
akan mengajar, dan tidak perlu tahu mengenai proses belajar mengajar yang
tepat. Dia hanya perlu menuangkan apa yang diketahuinya ke dalam botol kosong
yang siap menerimanya.
Seperti
yang dijelaskan dalam jurnal pendidikan
humaniora dan sains bahwa guru masih
cenderung mendominasi kegiatan belajar mengajar dan kurang kreatif dan inovatif
dalam menciptakan suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal demikian
akan secara terus menerus mematikan motivasi dan daya nalar siswa. (Saukah,Ali
dkk, (2004). Jurnal Pendidikan Dan
Humaniora Dan Sains, mengembangkan kemampuan komunikasi matematika dengan
pendekatan belajar kooperatif pada siswa kelas IV SD. Program Pasca Sarjana
Universitas Negeri Malang)
Walaupun sudah disadari
bahwa siswa mendapatkan banyak keuntungan dari diskusi mengaktifkan mereka,
namun tidak banyak guru yang melakukannya. Strategi yang paling sering
digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi dengan
seluruh kelas. Tetapi strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah
berusaha dan mendorong siswa untuk berpartisipasi, namun kebanyakan siswa
terpaku menjadi penonton, sementara arena dikuasai oleh hanya segelintir orang.
Berdasarkan hal tersebut maka suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun
sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu
sama lain. Dalam interaksi ini siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan
mereka untuk mencintai proses belajar. Dalam suasana belajar yang penuh dengan
persaingan dan pengisolasian siswa, sikap dan hubungan negative akan terbentuk
dan mematikan semangat siswa.
Suasana seperti ini akan menghambat pembentukan
pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu pengajar perlu menciptakan suasana
belajar sedemikian rupa, seperti penerapan model pembelajaran cooperative
learning, yang dapat menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan positif,
dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh
dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa (Johnson & Johnson,1989) (Lie,Anita,
(2008), Kooperative Learning,
Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.7)
B. Rumusan Masalah
1. Apakah
yang dimaksud dengan cooperative
learning?
2. Bagaimanakah
penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dalam perkembangan peserta
didik?
3. Apa
kegunaan pembelajaran Cooperative Learning dalam perkembangan peserta didik?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk
mengetahui pengertian model pembelajaran cooperative learning.
2. Untuk
mengetahui dan menerapkan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Cooperative Learning dalam perkembangan peserta didik.
3. Untuk
mengetahui kegunaan penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning dalam
perkembangan peserta didik.
PEMBAHASAN
A.
Model
Cooperative Learning
1. Pengertian
model pembelajaran cooperative learning
Cooperative Learning adalah system kerja kelompok/
belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah
lima unsure pokok (Johnson &
Johnson,1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab
individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. (Lie,Anita,
(2008), Kooperative Learning,
Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.18)
Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong
(cooperatfive) learning adalah falsafah homo
homini socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahkluk social.
Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. (Lie,Anita,
(2008), Kooperative Learning,
Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.28)
Tekait dengan perkembangan peserta didik, seperti yang
dijelaskan dalam jurnal “peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran
kooperatif model jigsaw dengan alat peraga pada siswa kelas V” ditemukan
masalah bahwa dalam perkembangan pengetahuan matematika, siswa mengalami
kesulitan menyelesaikan soal matematika khusunya pada materi penjumlahan dan
pengurangan bilangan bulat. Terkait dengan masalah tersebut, maka diperlukan
suatu upaya untuk menggunakan model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya
sharing pengetahuan antara teman sejawat, dan antara siswa dengan guru, maka
model pembelajaran sebagai solusi masalah ini adalah kooperatif model Jigsaw.
2. Tujuan
model pembelajaran cooperative learning
Niat dan kiat tidak diperoleh
dalam sekejap saja seperti Cinderella yang mendapatkan impiannya dalam semalam.
Untungnya juga, karena bukan merupakan hasil sulap, setiap siswa bisa dibina
untuk mempunyai niat dan kiat ini. Coopertave learning bertujuan untuk membina
pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi
dengan pembelajar yang lainnya. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia,
hal.38)
3. Karakteristik
pembelajaran cooperative
Beberapa karakteristik mendasar dari pembelajaran
kooperatif dijelaskan sebagai berikut (Hartono, Rudi, (2014). Ragam Model
Mengajar Yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta: Diva Perss. H.103) :
a) Pembelajaran
secara tim
Pemelajaran
kooperatif menonjolkan tim disbanding dengan keberhasilan individu. Sukses
tidaknya sebuah pembelajaran dapat diukur dari sejauh mana tim mampu
menghasilkan yang terbaik. Inilah yang menuntut setiap siswa dalam sebuah
kelompok saling mendukung, member motivasi, dan menambahkan antara yang sati
dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b) Berlandaskan
manajemen kooperatif
Pembelajaran
kooperatif juga mempunayi langkah untuk mencapai tujuan dengan menggunakan
teori manajemen pada umumnya. Seperti, perencanaan, organisasi, pelaksanaan
dan, control. Pembelajaran kooperatif mesti mempunyai perencanaan yang matang
agar proses belajar mengajar berlangsung dengan terarah. Sedangkan proses
pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan. Dalam proses pelaksanaan
ini sudah ada langkah-langkah praktis, mulai dari tanggungjawab kelompok, tugas
guru, dan control. Apakah pelaksanaan sudah sesuai denga perencanaan awal dan
apak tujuan yang telah dirancang itu telah tercapai bisa melalui control. Dengan control inilah, guru mampu
mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang terjadi untuk menerapkan strategi
kooperatif lebih baik dilain waktu.
c) Hasrat
bekerja sama
Prisnsip
kerjasama dalam pembelajaran kooperatif menjadi keharusan. Setiap anggota
kelompok harus mampu bekerja sama antara yang satu dengan yang lain.
d) Keterampilan
bekerja sama
Tidak
semua siswa mempunyai kemauan untuk bekerjasama dengan siswa lain. Ada siswa
yang egosi dan tak ingin berbagi. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa harus
mempunyai keterampilan untuk bekerja sama. Meski pada dasarnya siswa belum
mempunyai keterampilan untuk bekerja sama, tapi guru perlu mendorong dan
membantu agar siswa mampu bekerja sama.
B. Menjawab tentang “Mengapa”
1.
Teori
Cooperative Learning
Strategi pembelajaran kooperatif atau gotong
royong (Coperative Learning) adalah bentuk pengajaran yang membagi siswa
dalam beberapa kelompok yang bekerja sama antara satu siswa dengan lainnya
untuk menyelesaikan masalah. Strategi kooperatif ini lebih akrab dengan belajar
kelompok. Setiap kelompok dalam
pembelajaran kooperatif tidak membedakan etnis, bahasa, jenis kelamin,
kemampuan akademik, serta suku yang berbeda. (Hartono, Rudi, (2014). Ragam
Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta: Diva Perss. H.100)
Ada
tiga hal penting dalam pengelolaan kelas cooperative learning, yakni
pengelompokan, semangat cooperative learning, dan penataan ruang kelas.
a) Pengelompokan
Menurut Scot Gordon dalam bukunya History
and Philosophy of Social Science (1991), pada dasarnya manusia senang
berkumpul dengan yang sepadan dan membuat jarak dengan yang berbeda. Namun,
pengelompokan dengan orang lain yang sepadan dan serupa ini bisa menghilangkan kesempatan anggota kelompok
untuk memperluas wawasan dan memperkaya diri, karena dalam kelompok homogen
tidak terdapat banyak perbedaan yang bisa mengasah proses berpikir,
bernegosiasi, berargumentasi, dan berkembang.
Pengelompokan heterogenitas
(kemacamragaman) merupakan cirri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran
cooperative learning. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan
keanekaragaman gender, latar belakang agama-sosio-ekonomi, dan etnik, serta
kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran
cooperative learning biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis
tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan saru lainnya dengan kemampuan
akademis kurang.
Secara umum, kelompok heterogen disukai
oleh para guru yangbtelah memakai metode pembelajaran cooperative earning
karena beberapa alasan. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan untuk saling mengajar (peer tutoring) dan
saling mendukung. Kedua kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi
antarras, agama, etnik, dan gender. Terakhir, kelompok heterogen memudahkan
pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis
tinggi, guru mendapatkan satu asistem untuk setiap tiga orang.
b) Semangat
gotong royong
Agar kelompok bisa bekerja secara
efektif dalam proses pembelajaran gotong royong, masing-masing anggota kelompok
perlu mempunyai semangat gotong-royong. Semangat ini tidak boleh dalam sekejap.
Semangat gotong royonh ini bisa dirasakan dengan membina niat dan kiat siswa
dalam bekerjasama dengan siswa-siswa lainnya.
c) Penataan
ruang kelas
Penataan ruang kelas sangat dipengaruhi
oleh falsafah dan metode pembelajaran yang dipakai di kelas. Penatan ruang yang
klasikal dengan semua bangku menghadap ke satu arah (guru dan papan tulis)
sangat sesuai dengan metode ceramah. Dalam metode ini, guru berperan sebagai
narasumber yang utama, atau mungkin juga satu-satunya. Metode ceramah dan
penataan ruang klasikal bukan satu-satunya model yang bisa dipakai di kelas.
Dalam metode pembelajaan cooperative learning, siswa juga bisa belajar dari
sesame teman, ruang kelas juga perlu ditata sedemikian rupa sehingga menunjang
pembelajaran cooperative learning. Beberapa factor yang perlu dipertimbangkan
dalam penataan ruang adalah: ukuran ruang kelas, jumlah siswa, tingkat
kedewasaan siswa, toleransi guru dan kelas sebelah terhadap dkegaduhan dari
lalulalangnya siswa, toleransi masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu
lalangnya siswa lain., pengalaman guru dalam melaksanakan metode pembelajaran cooperative learning, dan pengalaman
siswa dalam melaksanakan pemelajaran kooperatif learning.
2. PRINSIP
COOPERATIVE LEARNING
Dalam
menerapkan strategi pembelajaran cooperative, ada beberapa prinsip dasar yang
mesti diperhatikan yaitu:
a.
Ketergantungan Positif
Jika ada tugas
kelompok. Tak sedikit orang yang ikut terlibat aktif dalam mengerjakan tugas.
Banyak siswa yang hanya menumpang nama di sampul. Ini tentu sebuah
ketergantungan yang negative dalam sebuah tugas kelompok. Strategi pembelajaran
koperatif ingin membangun ketergantungan yang bersifat positif dan menjauhi
sikap ketergantungan negative dalam kelompok. (Hartono,Rudi,
(2014). ). Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta: Diva
Perss. H.103-109.)
Agar semua bekerja
secara efektif dan efisien, harus ada proses pembagian tugas yang mesti dikerjakan
dengan baik oleh masing-masing siswa. Pembagian tugas ini tentu tak
asal-asalan, melainkan harus disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan yang
dimiliki. Jadi siswa yang satu akan tergantung pada siswa yang lain, karena
tugas itu tidak akan selesai jika diantara sekian anggota ada satu yang melepas
tanggung jawab. Jika ada siswa yang tidak bisa mengerjakan tugas, maka siswa
yang lain bisa membantunya.
b.
Tanggung Jawab Perorangan
Karena keberhasilan
sebuah kelompok sangat ditentukan oleh tugas individu, maka penting bagi guru
untuk menanamkan sikap tanggung jawab individu. Jika semua siswa sudah mengerti
bahwa tanggung jawab kelompok juga menjadi bagian dari tanggung jawab individu,
tentu guru tidak perlu menjelaskan lagi. Hanya saja jika tidak semua siswa
mempunyai rasa taggungjawab tinggi demi seduah kelompok, sehingga ketika ada
tugas kelompok seperti itu akan merasa beban lebih ringan disbanding dengan
tugas individu. Demi kelancaran, penting bagi guru juga untuk memberikan
penilaian secara kelompok dan individu sebagai cara untuk menanamkan tanggung
jawab perorangan.
c.
Interaksi dan tatap muka
Dalam proses belajar
mengajar, tatap muka menjadi suatu hal yang sangat penting. Ketika terjadi
sebuah tatap muka yang diiringi dengan pembicaraan, secara tak langsung ada
proses menerima dan member pesan.
Interaksi tatap muka ini akan member pengalaman yang cukup berharga bagi
siswa, apalagi latar belakang antara siswa yang satu dengan yang lainnya banyak
perbedaan. Inilah momentum siswa akan belajar untuk menerima dan member. Pada
saat itulah siswa akan memperkaya pengalaman untuk mengenal lebih jauh siswa
yang lain.
d.
Partisipasi dan komunikasi
Menurut susilo (2002:1) kegiatan komunikasi merupakan kegiatan untuk
berbagi informasi, ide, pikiran, dan pengalaman dengan orang lain secara lisan
maupun tulisan. Pembelajaran kooperatif menuntun siswa untuk bersikap
partisipatif dalam menyelesaikan tugas. Sikap partisipatif itutak hanya untuk
tugas semata, tetapi juga melatih siswa suatu saat kelak mampu berpartisipasi
dalam realitas kehidupan masyarakat. Kalau ada siswa dalam satu kelompok tidak
berpartisipasi, bagaimana mungkin suatu saat akan mampu berpartisipasi di
masyarakat. Partisipasi merupakan sikap yang mesti dilakukan mulai sejak awal.
(Susilo (2002:1) dalam Jurnal pendidikan
Humaniora dan Sain”Mengembangkan kemampuan komunikasi matematika dengan
pendekatan belajar kooperatif pada siswa kelas IV. (2004). Program pascasarjana, Universitas
Negeri Malang. H.24.)
Salah satu alat
penting untuk berpartisipasi adalah komunikasi. Komunikasi bukan persoalan
sederhana. Ini butuh keahlian dan kecakapan, seperti bagaimana cara siswa
menyanggah pendapat orang lain dengan santun, bagaimana cara mengungkapkan
pendapat yang tidak memojokkan dan membuat orang lain tersinggung. Kehlian
berkomunikasi menjadi kunci awal untuk melakukan partisipasi secara baik.
3. PENDEKATAN COPERATIVE LEARNING
Adapun
pendekatan yang dugunakan dalam model cooperative learning dijelaskan sebagai
berikut:
a.
Mencari
Pasangan
Apa itu mencari pasangan?: Teknik belajar
mengajar mencari pasangan (Make a Match)
dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah
siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam
suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran
dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Bagaimana caranya?
1) Guru
menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang mungkin
cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian).
2) Setiap
siswa mendapat satu buah kartu.
3) Setiap
siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
4) Siswa
bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang
cocok. Misalnya pemegang kartu 3+9 akan membentuk kelompok dengan pemegang
kartu 3x4 dan 6x2. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia,
hal.54)
b. Betukar Pasangan
Apa itu bertukar pasangan?
Teknik belajar mengajar bertukar
pasangan member siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik
ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia
anak didik.
Bagaimana caranya?
1) Setiap
siswa mendapatkan satu pasangan ( guru bisa menunjukkan pasangannya atau siswa
melakukan prosedur teknik mencari pasangan seperti dijelaskan sebelumnya)
2) Guru
membrikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3) Setelah
selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan lain.
4) Kedua
pasangan tersebut bertukar pasangan.
Masing masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan
jawaban mereka.
5) Temuan
baru yang didapatkan dari bertukar pasangan kemudian dibagikan pada pasangan
semula.
c. Berpikir- Berpasangan-
Berempat
Apa itu berpikir berpasangan berempat?
Teknik
belajar mengajar berpikir-berpasangan-berempat dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan Spencer Kagan (Think-Pair Square) sebagai struktur kegiatan pembelajaran
cooperative learning. Teknik ini member siswa bekerja sendiri serta bekerja
sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi
partisipasi siswa. (Lie,Anita, (2008), Kooperative
Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.57)
Bagaimana caranya?
1) Guru
membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua
kelompok.
2) Setiap
siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
3) Siswa
berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan
pasangannya.
4) Kedua
pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk
membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.
d. Berkirim Salam dan Soal
ü Apa
itu berkirim salam dan soal?
Teknik
belajar mengajar berkirim salam dan soal member siswa kesempatan untuk melatih
pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga
akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat
oleh teman sekelasnya.
ü Bagaimana
caranya?
1) Guru
membagi siswa dalam kelompok berempat, dan seitap kelompok ditugaskan untuk
menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain. Guru bisa
mengawasi dan membantu memilih soal-soal yang cocok.
2) Kemudian
masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan
salam dan soal dari kelompoknya (salam kelompok bisa berupa sorak kelompok)
3) Setiap
kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain. Setelah selesai, jawaban
masing-masing kelompok dicocokkan dengan jawaban kelompok yang membuat soal.
(Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning,
Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.58)
e. Kepala Bernomor
ü Apa
itu kepala bernomor?
Teknik
belajar mengajar kepala bernomor (Number
Heads) dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992). Teknik ini memberikan
kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide ide dan mempertimbangkan
jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini, mendorong siswa untuk siswa
meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua
mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak dini.
ü Bagaimana
caranya?
1) Siswa
dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
2) Guru
memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3) Guru
memutusakan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota
kelompok mengetahui jawaban ini.
4) Guru
memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil
kerja mereka. (Lie,Anita, (2008), Kooperative
Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.59)
e. Dua Tinggal Dua Tamu
ü Apa
itu dua tinggal dua tamu?
Teknik
belajar dua tinggal dua tamu (Two Stay
Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan
bersama dengan teknik kepala bernomor. Struktur dua tinggal dua tamu member
kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok
lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan kegiatan
individu.siswa tidak diperbolehkan melihat pekrjaan siswa lain. Padahal dalam
kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung
satu dengan yang lainnya. Christophorus Columbus tidak akan menemukan benua
amerika jika tidak tergerak oleh penemuan Galileo Galilei. Einstein pun
mendasarkan teori-teorinya pada teori Newton.
ü Bagaimana
caranya?
1) Siswa
bekerja sama dengan kelompok berempat seperti biasa.
2) Setelah
selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meniggalkan kelompoknya dan
masing-masing bertamu kedua kelompok lain.
3) Dua
orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi
mereka ke tamu mereka.
4) Tamu
mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka
dari kelompok lain.
5) Kelompok
mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT
Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.60)
f.Keliling
Kelompok
Apa itu keliling kelompok?
Teknik mengajar keliling kelompok bisa
dignakan dalam semua mata pelajaran dan utnuk semua tingkatan usia anak didik.
Dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapatkan
kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan dan pemikiran
anggota yang lain.
Bagaimana caranya?
1) Salah
satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan
pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
2) Siswa
berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.
6) Demikian
seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah peraturan jarum jam
atau dari kiri ke kanan. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia,
hal.63)
g. Kancing Gemerincing
Apa itu kancing gemerincing?
Teknik ini dikembangkan oleh Spencer
Kagan (1992). Dalam kancing gemmerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan
kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dengan mendengarkan pandangan dan
pemikiran orang lain. Keunggulan dari teknik ini adalah untuk mengatasi
hambatan pemerataan kesempayan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam
banyak kelompok sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara.
Sebaliknya ada juga yang pasif. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung
jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu
menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Teknik belajar mengajar kancing
gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan
serta.
Bagaimana caranya?
1) Guru
menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa juga benda-benda
lainnya, seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang
lidi, sendok es krim, dan sebagainya).
2) Sebelum
kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok
mendapatkan dua atau tiga buah kancning (jumlah kancing bergantung pada sukar
tidaknya tugas yang diberikan).
3) Setiap
kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan
salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengah. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT
Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.63)
4) Jika
kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi
sampai semua rekannya juga menghabiskan semua kancing mereka.
5) Jika
semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh
mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi
prosedurnya.
h. Keliling Kelas
Apa itu keliling kelas?
Teknik
belajar mengajar keliling kelas bisa digunakan pada semua mata pelajaran dan
untuk semua tingkat usia anak didik. Namun jika digunakan untuk anak-anak tingkat
dasar, teknik ini perlu disertai manajemen kelas yang baik supaya tidak terjadi
kegaduhan.
Dalam
kegiatan keliling kelas, masing-masing kelompok mendapatkan kesempatan untuk
memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil kerja kelompok lain.
Bagaimana caranya?
1) Siswa
bekerja sama dalam kelompok seperti biasa.
2) Setelah
selesai, masing-masing kelompok memamerkan hasil kerja mereka. Hasil-hasil ini
bisa dipajang dibeberapa bagian kelas jika berupa poster atau gambar-gambar.
3) Masing-masing
kelompok berjalan keliling kelas dan mengamati hasil karya kelompok-kelompok
lain. (Lie,Anita, (2008), Kooperative
Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.64)
i. Lingkaran Kecil Lingkaran
Besar
Apa itu lingkaran kecil lingkaran besar?
Pendekatan
ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan social, agama, matematika,
dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dalam teknik ini adalah
bahan yang membuthkan pertukaran pikiran dan informasi antarsiswa.
Salah
satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan
siswa untuk berbagi dengan pasangan yang
berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu siswa bekerja dengan sesame siswa untuk berbagi
dengan pasangan dalam suasana yang gotong royong dan mempunyai banyak
kesempatan untuk mengolah informasi dan
meningkatkan keterampilan berkomunikasi. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT
Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.65)
Bagaimana caranya?
Lingkaran
individu
1) Separuh
kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk
ligkaran kecil. Mereka berdiri melingkar dan menghadap keluar.
2) Separuh
kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran yang pertama. Dengan kata
lain, mereka berdiri menghadap ke dalam dan berpasangan dengan siswa yang
berada di lingkaran dalam.
3) Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran
kecil dan lngkaran besar berbagi informasi. Siswa yang berada di lingkaran
kecil yang memulai. Pertukaran informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan
dalam waktu yang berpasangan.
4) Kemudoan
siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang
berada di lingkaran besar bergeser atau dua langkah searah perputaran jarum
jam. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk
berbagi.
5) Sekarang
giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang embagikan informasi. Demikian
seterusnya.
Untuk kelas taman kanak-kanak atau sekolah dasar,
perputaran lingkaran bisa disertai dengan nyanyian. Lingkaran besar besar
berputar semua siswa bernyanyi. Ditengah-tengah lagu, guru mengatakan “Stop”
nyanyian dan perputaran dihentikan. Siswa saling berbagi.
j. Tari Bambu
Apa itu tari bambu?
Penulis
mengembangka teknik belajar mengajar tari bamboo sebagai modifikasi lingkaran
kecil lingkaran besar. Teknik ini bernama tari bamboo karena siswa berjajar dan
saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bamboo yang
digunakan dalam tari bamboo. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan teknik ini,
siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini bisa
digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan social,
agama, matematika dan bahasa.
Bagaimana caranya?
Tari
bambu individu
1) Separuh
kelas berdiri berjajar. Jika ada ruang cukup, mereka bisa berjajar di depan
kelas. Kemungkinan lain adalah siswa belajar di sela-selah deretan bangku. Cara
ke dua ini, akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu yang
relative singkat.
2) Separuh
kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.
3) Dua
siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.
4) Kemudian,
satu atau dua siswa ang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung
lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengancara ini
masing-masing siswa mendapatkan pasangan baru untuk berbagi. Pergeseran bisa
dilakukan terus sesuai kebutuhan.
Tari
bambu kelompok
1) Salah
satu kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan kelompok lain.
2) Kelompok
bergeser seperti prosedur tari bamboo idividu yang dijelaskan sebelumnya dan
saling berbagi. (Lie,Anita, (2008), Kooperative
Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.67)
k. Jigsaw
Apa itu jigsaw?
Teknik
mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai metode cooperative
learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pelajaran memmbaca, menulis,
mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca,
menulis, mendengarkan dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam
beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan
social, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua
kelas/tingkatan. (Lie,Anita, (2008), Kooperative
Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.69)
Jigsaw merupakan salah satu jenis strategi kooperatif
yang menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelidiki
suatu topic umum (Aronson, Wilson, & Akert, 2005) (dalam Jacobsen dkk,
2009,236). Jigsaw merupakan strategi yang mampu menciptakan pularis di dalam
social peserta didik, ras, suku, agama, dan potensi-[otensi lain. Kerjasama
kelompok, saling membantu, berbagi tugas, dan saling menghargai suatu tujuan
yang diharapkan dalam pembelajaran kooperatif jigsaw. (Yamin,
Martinis. (2013). Strategi
& Metpde Dalam Model Pembelajaran, Jakarta: Referensi Group (GP Press
Group). H.90)
Dalam
teknik ini guru memperhatikan schemata
atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata
ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Bagaimana caranya?
1) Pengajar
membagi nahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian.
2) Sebelum
bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topic yang
akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu.
3) Siswa
dibagi kedalam kelompok berempat.
4) Bagian
pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua
menerima bagian kedua. Demikian setreusnya.
5) Kemudian
siswa disuruh membaca/,mengerjakan bagian mereka masing-masing.
6) Setelah
selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan
masing-masing.
7) Khusus
untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belum
terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut
8) Kegiatan
ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topic dalam bahan pelajarn hari itu.
Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau seluruh kelas.
Jika
tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para ahli.
Siswa berkumpul dengan siswa lain yang mendapatkan bagian yang sama dari
kelompok lain. Mereka bekerja sama mempelajari/ mengerjakan bagian tersebut.
Kemudian masing-masing siswa kembali ke kelompok asal masing-masing dan membagikan
apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya. (Lie,Anita,
(2008), Kooperative Learning,
Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.69)
l.
Bercerita
Berpasangan
Apa itu bercerita Berpasangan?
Teknik
Mengajar bercerita berpasangan (paired
Storytelling), dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa,
pengajar, dan bahan pelajaran. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran
membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan
kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa
pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan social,
agama, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dalam teknik ini
adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun hal ini tidak menutup
kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lain.
Dalam
kegiatan in siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan
berimajinasi. Buah-buah pikiran mereka akan dihargai sehingga siswa merasa
terdorong untuk belajar.
Bagaimana
caranya?
1) Pengajar
membagi bahan pengajaran yang akan digunakanmenjadi dua bagian.
2) Sebelum
bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topic yang
akan dibahas. Penulis bisa menuliskan topic di papan tulis dan menanyakan apa
yang siwa ketahui mengenai topic tersebut.
3) Siswa
dipasangkan
4) Bagian
pertama diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua
mendapatkan bagian yang kedua.
5) Kemudian
siswa disuruh membaca atau mendengarkan bagian mereka masing-masing.
6) Sambil
membaca/mendengarkan, siswa disuruh mencatat beberapa kata/frasa.
7) Setelah
selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/ frasa kunci dengan pasangan
masing-masing.
8) Sambil
mengingat/memperhatikan bagian yang telah dibaca/didengarkan sendiri,
masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum
dibaca/didengarkan. Siswa yang telah membaca/mendengarkan bagian yang pertama,
berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sementara itu, siswa
yang membaca atau mendengarkan bagian yang kedua menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
9) Kemudian
pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing
siswa. Siswa membaca bagian tersebut. Kegiatan ini bisa idkahiri dengan diskusi mengenai topic
dalam pelajaran hari itu. (Lie,Anita,
(2008), Kooperative Learning,
Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.71)
4. Manfaat Kooperative Learning
Ada beberapa
manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil
belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara
lain adalah :
a.
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b. Memperbaiki kehadiran
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e. Konflik antara pribadi berkurang
f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. Hasil belajar lebih tinggi
b. Memperbaiki kehadiran
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e. Konflik antara pribadi berkurang
f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. Hasil belajar lebih tinggi
Terbukti pula manfaat model
Cooperative Learnig dalam Jurnal” peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran
kooperatif model jigsaw dengan alat peraga pada siswa kelas V SDN Kranjingan 05
Jember” bahwa: aktivitas belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran secara
klasikal untuk tiap- tipa pertemuan mengalami peningkatan. Persentase
ketuntasan hasil belajar siswa SDN Kranjingan 05 Jember, pada akhir siklus 1
adalah 53,5% dalam kategori belum tuntas. Tes akhir siklus II adalah 90% dalam
kategori tuntas.
C.
Menjawab
tentang “Bagaimana”
1. Prosedur/
Tahapan Kerja Model Pembelajaran Cooperative
Learning
Ada beberapa langkah untuk memulai
proses pembelajaran cooperative, mulai dari menjelaskan materi, membuat siswa belajar dalam kelompok, membuat
penilaian, dan ,memberikan penghargaan. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang
langkah-langkah pembelajaran kooperatif. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT
Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.38)
a) Penjelasan
materi
Dalam
tahap ini guru menjelaskan pokok-pokok materi pelajaran. Tujuan dari penjelasan
materi ini adalah agar guru mempunyai gambaran tentang materi pelajaran sebelum
masuk dalam tahap pengelompokan siswa menjadi sebuah tim. Guru menjelaskan
sekilas inti materi dengan menggunakan berbagai ragam metode sesuai dengan
kenyamanan guru, bisa melalui ceramah, Tanya jawab, atau bisa pula melalui
demonstrasi. (Lie,Anita, (2008), Kooperative
Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.39)
b) Mengorganisasikan
siswa ke dalam beberapa kelompok.
Selesai
menjelaskan dan memberi gambaran umum pada siswa,, guru mengorganisasikan siswa
menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah dan kapasitas kelas. Guru bisa
menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok dan membantu setiap
kelompok agar melakukan transissi secara efisien.
Kelompok
dibentuk berdasarkan perbedaan tiap anggota. Hal ini bertujuan agar siswa
saling mendukung dan terjadi pola peningkatan relasi dan interaksi dengan
beragamnya latar belakang. Guru mesti memantau proses berjalannya diskusi
diantara beberapa kelompok. Guru juga tidak boleh terlalu focus pada satu
kelompok, karena hal ini akan membuat kelompok lain terbengkalai dan luput dari
perhatian. Guru mesti menjadi pembimbing kelompok siswa secara adil. (Lie,Anita,
(2008), Kooperative Learning,
Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.47)
c) Evaluasi
Sebagaimana lazimnya sebuah strategi
pembelajaran, evaluasi harus selalu diadakan utnuk mengetahui lebih jauh apakah
siswa telah mampu memahami pelajaran dengan baik atau tidak. Untuk
mengevaluasi, guru bisa melakukan dengan tes, kuis, atau bisa pula setiap dari
kelompok mempersentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan. Guru bisa melakukan evaluasi itu dengan tes
individual atau kelompok. Jika guru melakukan tes ini secara bersamaan, maka
nantinya bisa digabungkan utnuk melihat kelompok mana yang cukup baik, dan
siswa mana yang paling aktif. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia,
hal.51)
d) Memberikan
penghargaan
Ketika guru telah melakukan evaluasi dan
telah menemukan kelompok terbaik, langkah selanjutnya adalah memberikan
penghargaan. Pemberian penghargaan berujuan untuk menumbuhkan motivasi tinggi
bagi kelompok lain agar terus berpacu belajar
meraih prestasi setinggi-tingginya. Bagi kelompok yang paling menonjol
diharapkan agar senantiasa mengembangkan kemampuannya untuk terus menjadi lebih
baik, dan bagi kelompok yang belum maksimal bisa memperbaiki diri dengan
belajar dari pengalaman yang telah dilalui. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT
Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.51)
2. Penerapan
Model Pembelajaran Cooperative Learning
Melalui RPP pada Kelas Rendah dan kelas tinggi.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Satuan pendidikan :
SD …………………………
Kelas / semester : 11 /I
Tema / topik : 4. Aku dan sekolahku
Sub
tema : 1. Tugas tugas sekolahku
Alokasi
waktu : 1 hari
A.
KOMPETENSI INTI
1. Menerima dan menghargai, dan
menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri, dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman tetangga dan guru.
3. Memahami pengetahuan secara factual
dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan
rasa ingin tahu tentang dirinya, mahkluk ciptaan tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam
bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak yang beriman dan berakhlak mulia.
B.
Kompetensi dasar dan Indikator
Bahasa Indonesia
2.5 memiliki perilaku santun dan jujur
dalam hal kegiatan bermain di lingkungan melalui pemanfaatan bahasa indonesia
dan/atau bahasa daerah.
2.5.1. mengamati gambar tentang
tugas tugas di sekolah dan mengajukan pertanyaan secara dengan santun dan
bahasa yang benar.
2.5.2. menjawab pertanyaan sesuai
dengan gambar.
PKn
2.3. menunjukkan
perilaku toleran terhadap keberagaman karakteristik individu dalam kehidupan beragama, suku,
fisik, psikis, di rumah dan sekolah.
2.3.1. bekerjasama melakukan menyusun jadwal harian
di sekolah tanpa membeda bedakan
teman.
2.3.2. gotong royong mebgerjakan tugas kelompok
Matematika
2.1.
menunjukkan sikap cermat dan teliti, jujur, tertib dan mengikuti aturan,
peduli, disiplin waktu serta tidak mudah menyerah dalam mengerjakan tugas.
2.1.1. mengenal pecahan uang dengan membagikan
pecahan uang kepada setiap kelompo.
2.1.2. bekerjasama menjawab
pertanyaan mengenai pecehan uang
C.
Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mengamati gambar siswa masuk
kelas dan berdoa, siswa dapat mengidentifikasi kegiatan di lingkungan
sekitarnya dengan teliti.
2. Dengan mengamati gambar siswa masuk
kelas dan berdoa, siswa dapat mengajukan
pertanyaan sesuai gambbar dengan percaya diri.
3. Dengan mengamati gambar, siswa dapat
menunjukan contoh perilaku di sekolah sesuai dengan makna pancasila sila 1
(ketuhanan yang maha ESA)
4. Dengan mengamati gambar pecahan mata
uang, siswa dapat menyebutkan nilai pecahan mata uang dengan teliti.
5. Dengan Tanya jawab, siswa dapat
menyusun laporan tentang tugas tugas yang harus dilakukan di sekolah, dan
membacakan laporan tesebut dengan bahasa yang santun.
D.
PENDEKATAN & METODE
Pendekatan : dua tinggal dua tamu (
Two stay Two stray)
model : Cooperative Learning
Metode : Penugasan, Tanya Jawab, Diskusi Dan Ceramah
E.
LANGKAH-LANGKAH PEMBELAJARAN
KEGIATAN
|
DESKRIPSI KEGIATAN
|
KEMAMPUAN YANG DIKEMBANGKAN
|
|
Pendahuluan
|
1. Mengajak semua siswa berdoa
2. Melakukan komunikasi kehadiran
siswa.
3. Memberikan motivasi kepada siswa.
4. Menglang sedikit tentang materi
sebelumnya.
5. Bertanya jawab tentang cita-cita
semua.
6. Menyebutkan tujuan belajar hari
ini.
7. Menginformasikan tema hari ini,
yaitu: tugas-tugas sekolahku
|
ü Sikap: pribadi yang berahklak
mulia. Percaya diri. Bertanggung jawab, dan disiplin.
|
|
Kegiatan inti
|
1. Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok yang beranggotakan 4
orang
2. Setiap kelompok diajak untuk mengamati
gambar tentang kegiatan keiatan siswa yang berbaris dan sedang berdoa ketika
memulai pelajaran dengan teliti (mengamati)
3. Guru membimbing setiap
kelompokuntuk mengidentifikasi gambar yang diamati (mengamati)
4. Setiap kelompok diberi kesempatan
untuk mengajukan pertnanyaan (menanya).
5. Setiap kelompok membuat jadwal
harian di sekolah.
6. Setiap kelompok membaca teks
berjudul “awal belajarku” yang diarahkan pada pengemalan pancasila sila 1.
(mengumpulkan informasi)
7. Siswa diarahkan pengenalan
berbagai pecahan mata uang (mengasosiasikan)
8. Kelompok siswa mengamati gambar
berbagai pecahan mata uang dan menjawab pertanyaan.
9. Setelah selesai meengerjakan tugas
kelompok, masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan
masing-masing bertamu ke kelompok lain untuk beertukar informasi mengenai
hasil kerja kelompoknya.
10.
Dua
orang tinggal di kelompoknya. Bertugas membagikan hasil kerja mereka ke tamu
mereka.
11.
Tamu
mohon diri dan kembali ke kelompok mereka masing-masing dan melaporkan temuan
mereka dari kelompok lain.
12.
Kelompok
mencocokkan dan membahasa hasil kerjanya, kemudian melaporkan hasil kerja
tersebut.
|
Sikap:
ü cermat, disiplin pecaya diri, dan
santun.
Pengetahuan:
ü Kemampuan mengajukan pertanyaan.
ü Pemecahan masalah tentang
menentukan nilai pecahan mata uang.
Keterampilan:
ü Membuat jadwal harian di sekolah
ü Membuat laporan hasil kerja
kelompok.
ü Membacakan laporan hasil kerja
kelompok
|
|
Penutup
|
1. Guru bersama dengan siswa membuat
kesimpulan
2. Anya jawab tentang materi yang
telah dipelajari.
3. Melakukan penilaian hasil belajar.
4. Mengajak siswa berdoa untuk
mengakhiri pelajaran
5. Member tugas jika masih ada materi
yang belum sempat disampaikan.
|
Sikap:
ü pribadi berhklk mulia, bertanggung
jawan, dan bersyukur.
Pengetahuan:
ü Kemampuan menyimpulkan pelajaran
Keterampilan:
ü Terampil bertanya
|
F.
Media dan alat
1. Gambar berbagai kegiatan di kelas
2. Gambar perilaku sesuai symbol
pancasila sila 1
3. Berbagai model pecahan mata uang
sampai 500
G.
PENILAIAN
1. Teknik penilaian
a. Penilaian sikap (percaya diri)
b. Penilaian pengetahuan ( daftar
periksa dan skor)
c. Unjuk kerja ( kemampuan menulis dan
membacakan laporan hasil kerja kelompok)
Mengetahui Guru
Kelas II
Kepala Sekolah,
………………….. ………………….
Satuan Pendidikan : SD
Kelas/semester
: IV/II
Tema
: 7. Cita-citaku
Sub tema
: 2. Hebatnya cita-citaku
Alokasi Waktu
: 45 menit
A. KOMPETENSI
INTI
1. Menerima dan menghargai, dan
menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2. Memiliki perilaku jujur, disiplin,
tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri, dalam berinteraksi dengan
keluarga, teman tetangga dan guru.
3. Memahami pengetahuan secara factual
dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan
rasa ingin tahu tentang dirinya, mahkluk ciptaan tuhan dan kegiatannya, dan
benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
4. Menyajikan pengetahuan factual dalam
bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan
yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak yang beriman dan berakhlak mulia.
B. KOMPETENSI
DASAR DAN INDIKATOR
Matematika
KD:
4.6.
Membuat jarring- jarring bangun ruang yang
dibedakan dengan jarring bangun ruang yang sudah ada.
4.6.1.
Menggambar berbagai variasi jaring jaring
balok.
4.7.
Membuat benda-benda berdasarkan
jarring-jaring bangun ruang yang ditemukan dengan memanfaatkan barang-barang
bekas yang ada di sekitar rumah, sekolah/ tempat bermain.
4.7.1.
Membuat jarring-jaring balok dari karton.
Seni Budaya Dan Prakarya
4.4.
Membentuk karya seni 3 dimensi dari bahan
alam.
4.4.1.membuat
kotak celengan dari kardus bekas sesuai dengan kreasi masing-masing.
Ilmu
Pengtahuan Sosial
3.5.
Memahami manusia dalam interaksi dengan
lingkungan alam, social, budaya, dan ekonomi.
3.5.1.menjelaskan manfaat suatu
cita-cita terhadap masyarakat, =lingkungan alam dan budaya.
C.
TUJUAN
PEMBELAJARAN
1. Setelah
melakukan pengamatan dan diskusi, siswa mampu menggambar berbagai variasi
jarring-jaring balok.
2. Setelah
pengamatan dan eksplorasi, siswa mampu membuat dengan benar jarring-jaring
balok dari karton.
3. Setelah
pengamatan dan eksplorasi, siswa mampu membuat kreasi benda (celengan) dari
bahan bekas berdasarkan jaring-jaring balok.
4. Berdasarkan
teknik intruksi siswa dapat membuat kotak celengan dari kardus bekas sesuai
dengan kreasi masig-masing.
5. Setelah
diskusi dan membaca teks bacaan secara mendalam, siswa mampu menjelaskan dengan
benar manfaat suatu cita-cita terhadap masyarakat, lingkungan, alam, budaya
dengan benar.
D.
MATERI
PELAJARAN
1. Mengenal
jaring-jaring bangun ruang
2. Menggambarkan
jaring-jaring bangun ruang sesuai dengan kreativitas.
3. Memahami
manfaat suatu cita-cita terhadap masyarakat, lingkungan alam, dan budaya.
E.
MODEL,
METODE, PENDEKATAN
Model : cooperative learning
Pendekatan:
NHT
Metode : pengamatan, diskusi, Tanya jawab,
penugasan.
F.
MEDIA,
ALAT, SUMBER BELAJAR
Media ;
gambar
Alat :
barang-barang bekas berupa karton, pastel warna, gunting, plaster.
Sumber :
buku siswa dan buku guru.
G.
LANGKAH-LANGKAH
KEGIATAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN
|
DESKRIPSI
KEGIATAN
|
KEMAMPUAN
YANG DIKEMBANGKAN
|
Pendahuluan
|
1. Mengajak semua siswa berdoa
2. Melakukan komunikasi kehadiran
siswa.
3. Memberikan motivasi kepada siswa.
4. Mengulang sedikit tentang materi
sebelumnya.
5. Bertanya jawab tentang cita-cita
semua.
6. Menyebutkan tujuan belajar hari
ini.
7. Menginformasikan tema hari ini,
yaitu: cita-citaku
|
Sikap:
ü Pribadi
yang berahklak mulia, percaya diri, disiplin dan bertanggung jawab.
Pengetahuan:
ü Menyimak
tema dan tujuan pembalajaran
Keterampilan:
ü Terampil
berdoa, dan bertanya tentang cita-cita
|
Kegiatan
inti
|
1. Siswa dibagi kedalam beberapa
kelompok.
2. Siswa diminta duduk sesuai
kelompoknya dan membuat jejaring.
3. Guru memberikan nomor kepada
setiap anggota kelompok.
4. Guru menunjuk siswa menggambarkan
jaring jaring-jaring balok dipapan tulis.
5. Guru memberikan hadiah kepada
siswa yang berani maju ke depan (mengapresiasi)
6. Setiap kelompok siswa diminta
untuk membuka bungkus kemasan berbentuk
balok yang sudah dibawah (mengumpulkan informasi).
7. Siswa nomor 1 bertugas membacakan
petunjuk soal dengan benar, siswa nomor 2 bertugas mencari penjelasan soal,
siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja klompok.dst.
8. Guru menunjuk salah satu nomor
siswa untuk menggambar jaring-jaring balok di papan tulis.
9. Setiap anggota kelompok berbagi
tugas membuat jaring-jaring balok dari kartun dengan panduan gambar di papan
tulis ( siswa benomor 1, bertugas menggambar jaring-jaring balok, siswa
bernomor 2 bertugas menggunting jaring-jaring balok yang telah digambar,
siswa nomor 3 bertugas melem jaring jaring balok, dan siswa nomor 4 bertugas
mendesain/menmbahkan kreasi pada jaring-jaring balok)
10. Setiap kelompok merangkai
jaring-jaring balok yang telah dibuat.
11. Setiap kelompok menjelaskan
manfaat barang bekas. (soal dibagi kesetiap anggota kelompok sesuai dengan
nomor di kepalanya)
1) Bagaimana cara kita menjaga
lingkungan sebagai bentuk syukur kita kepada Tuhan?
2) Bagaimanakah cara membuat jaring-jaring
balok dari barang bekas( kardus)?
3) Benda apakah yang bisa kamu buat
dari pemanfaatan bjaring-jaring balok itu?
4) Apakah manfaat mengolah bahan
bekas menjadi bahan baru terhadap lingkungan alam, budaya dan masyarakat?
12. Guru menambahkan informasi kepada
siswa terkait manfaat cita-cita terhadap masyarakat, lingkungan,alam, dan
budaya. (mengumpulkan informasi)
|
Sikap:
ü cermat,
disiplin, percaya diri, gotong royong.
Pengetahuan:
ü mengetahui
cara membuat jaring-jaring
ü mengetahuui
cara pemanfaatan barang bekas.
Keterampilan:
-membuat jaring-jaring
kubus.
-Membuat kreasi barang
bekas.
-Membaca laporan hasil
karya kelompok.
|
Penutup
|
1.
Bersama
siswa membuat kesimpulan
2.
Tanya
jawab tentang materi yang telah dipelajari
3.
Melakukan
penilaian hasil belajar
4.
Mengajak
siswa berdoa untuk mengakhiri pelajaran
5.
Memberi
tugas untuk kreasi barang bekas lainnya.
|
Sikap;
ü Pribadi
yang berahklak mulia,(berdoa sebelum pulang)
Pengetahuan:
ü Mengetahui
kesimpulan materi pelajaran.
Keterampilan:
ü Terampil
membuat kesimpulan
ü Keterampilan
bertanya terkait materi yang telah dielajari.
|
H. PENILAIAN
1. Teknik penilaian
a. Penilaian sikap (percaya diri)
b. Penilaian pengetahuan ( daftar
periksa dan skor)
c. Unjuk kerja ( kemampuan menulis dan
membacakan laporan hasil kerja kelompok)
Mengetahui
Guru
Kelas IV
Kepala
Sekolah,
………………….. ………………….
I.
Kiat
Keberhasilan
1) Kiat
dan saran bagi Guru` / Pihak sekolah
Bagi guru,pembelajaran kooperatif dapat
dijadikan alternative dalam pembelajaran.
2) Kiat
keberhasilan dari penataan kelas
Dalam metode
cooperative learning, penataan ruang kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip
tertentu. Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa melihat
guru/papan tulis dengan jelas. Bisa melihat rekan-rekan kelompoknya dengan
baik, dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata.
Ada kemungkinan
beberapa model penataan bangku yang bisa dipakai:
a) Meja
panjang : siswa berkelompok diujung
meja
b) Penataan
tapal kuda : siswa dalam satu kelompok
ditempatkan berdekatan.
c) Meja
laboratorium.
d) Meja
kelompok
e) Meja
klasikal
f) Meja
berbaris
g) Bangku
individu
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Strategi
pembelajaran kooperatif atau gotong royong (Coperative
Learning) adalah bentuk pengajaran yang membagi siswa dalam beberapa
kelompok yang bekerja sama antara satu siswa dengan lainnya untuk menyelesaikan
masalah. bertujuan untuk membina pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat
bekerja sama dan berinteraksi dengan pembelajar yang lainnya. Hal penting dalam
pengelolaan kelas cooperative learning, yakni pengelompokan, semangat
cooperative learning, dan penataan ruang kelas. Dalam metode cooperative
learning, penataan ruang kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu.
Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa melihat guru/papan
tulis dengan jelas. Bisa melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik, dan
berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata.
B.
SARAN
Bagi
pembaca agar dapat member masukan. bagi guru agar dapat menerapkan model
cooperative learning dalam pembelajran, demi terciptanya suasana belajar gotong
royong yang juga merupakan karakter bangsa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Djaali dkk, 2011. Jurnal Evaluasi Pendidikan, Model
Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Asesmen Kinerja Berbasis
Masalah Pada Mata Pelajaran Matematika. Program Pascasarjana Universitas
negeri Jakarta
.
Hartono, Rudi, 2014. Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima
Murid. Jogjakarta: Diva Perss
Lie, Anita, 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT
Grasindo.
Saukah, Ali dkk,
2004. Jurnal Pendidikan Humaniora Dan
Sains, Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika Dengan Pendekatan Belajar
Koopertaif Pada Siswa Kelas IV SD Tahun Pelajaran 2002/2003, Universitas
Negeri Malang
Wahyu Setyaninggrum,
Rina dkk, 2011. Jurnal penelitian dan
pemikiran pendidikan, peningkatan hasil pembelajaran kooperatif model Jigsaw
dengan alat peraga pada siswa kelas V Putra
Johar Bahagai (SDN Kranjingan 05 Jember. Fakultas Keguruan dan ilmu
pendidikan Muhammadiyah Malang
Yamin, Martinis,
2013. Strategi 7 metode dalam model pembelajaran. Jakarta: Referensi ( GP Press
Group)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar