Minggu, 29 Maret 2015

model cooperative learning berbasis perkembangan peserta didik


Cooperative Learning Berbasis Perkembangan Peserta Didik
Writer: Andi Kilawati

A.   Latar Belakang Masalah
Dalam dunia pendidikan, paradigma lama mengenai proses belajar mengajar bersumber pada teori ( atau mungkin lebih tepatnya asumsi) tabula rasa John Locke, yang mengatakan bahwa pikiran seorang anak seperti kertas kosong yang putih bersih dan siap menunggu coretan-coretan gurunya. Dengan kata lain seorang anak ibaratkan botol kosong yang siap diisi dengan segala ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan sang maha guru. Berdasarkan asumsi ini banyak guru yang melaksanakan kegiatan-kegiatan belajar mengajar sebagai berikut. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.2)
a.  Memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa. Tugas utama seorang guru adalah memberi dan tugas seorang siswa adalah menerima. Guru memberikan informasi dan mengharapkan siswa untuk menghafal dan mengingatnya.
b.  Mengisi botol kosong dengan pengetahuan. Siswa adalah penerima pengetahuan yang pasif. Guru memiliki pengetahuan yang nantinya akan dihafal oleh siswa.
c.   Mengotak-ngotakkan siswa. Guru mengelompokkan siswa berdasarkan nilai dan memasukkan siswa dalam kategori, siapa yang berhak naik kelas, siapa yang tidak, siapa yang bisa lulus dan siapa yang tidak. Kemampuan dinilai dengan ranking dan siswa pu  direduksi menjadi angka-angka.
d.  Memacu siswa dalam kompetisi bagaikan ayam aduan. Siswa bekerja keras untuk mengalahkan teman sekelasnya. Siapa yang kuat dia yang menang. Orang tua pun saling bersaing menyombongkan anaknya masing-masing dan menonjolkan prestasi anaknya bagaikan memamerkan binatang aduan.
Paradigma lama adalah guru memberikan pengetauan kepada siswa yang pasif. Dalam konteks pendidikan tinggi,  paradigm lama ini juga berarti jika seseorang mempunyai pengetahuan dan keahlian dalam suatu bidang, dia pasti akan mengajar, dan tidak perlu tahu mengenai proses belajar mengajar yang tepat. Dia hanya perlu menuangkan apa yang diketahuinya ke dalam botol kosong yang siap menerimanya.
            Seperti yang dijelaskan dalam jurnal pendidikan humaniora dan sains bahwa  guru masih cenderung mendominasi kegiatan belajar mengajar dan kurang kreatif dan inovatif dalam menciptakan suasana pembelajaran yang berpusat pada siswa. Hal demikian akan secara terus menerus mematikan motivasi dan daya nalar siswa. (Saukah,Ali dkk, (2004). Jurnal Pendidikan Dan Humaniora Dan Sains, mengembangkan kemampuan komunikasi matematika dengan pendekatan belajar kooperatif pada siswa kelas IV SD. Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang)
Walaupun sudah disadari bahwa siswa mendapatkan banyak keuntungan dari diskusi mengaktifkan mereka, namun tidak banyak guru yang melakukannya. Strategi yang paling sering digunakan untuk mengaktifkan siswa adalah melibatkan siswa dalam diskusi dengan seluruh kelas. Tetapi strategi ini tidak terlalu efektif walaupun guru sudah berusaha dan mendorong siswa untuk berpartisipasi, namun kebanyakan siswa terpaku menjadi penonton, sementara arena dikuasai oleh hanya segelintir orang. Berdasarkan hal tersebut maka suasana kelas perlu direncanakan dan dibangun sedemikian rupa sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi satu sama lain. Dalam interaksi ini siswa akan membentuk komunitas yang memungkinkan mereka untuk mencintai proses belajar. Dalam suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan pengisolasian siswa, sikap dan hubungan negative akan terbentuk dan mematikan semangat siswa.
Suasana seperti ini akan menghambat pembentukan pengetahuan secara aktif. Oleh karena itu pengajar perlu menciptakan suasana belajar sedemikian rupa, seperti penerapan model pembelajaran cooperative learning, yang dapat menghasilkan prestasi yang lebih tinggi, hubungan positif, dan penyesuaian psikologis yang lebih baik daripada suasana belajar yang penuh dengan persaingan dan memisah-misahkan siswa (Johnson & Johnson,1989) (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.7)

B. Rumusan Masalah
1.    Apakah yang dimaksud dengan  cooperative learning?
2.    Bagaimanakah penerapan model pembelajaran Cooperative Learning dalam perkembangan peserta didik?
3.    Apa kegunaan pembelajaran Cooperative Learning dalam perkembangan peserta didik?
C. Tujuan Penulisan
1.    Untuk mengetahui pengertian model pembelajaran cooperative learning.
2.    Untuk mengetahui dan menerapkan langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Learning dalam perkembangan peserta didik.
3.    Untuk mengetahui kegunaan penerapan metode pembelajaran Cooperative Learning dalam perkembangan peserta didik.



PEMBAHASAN

A.   Model Cooperative Learning
1.    Pengertian model pembelajaran cooperative learning
Cooperative Learning adalah system kerja kelompok/ belajar kelompok yang terstruktur. Yang termasuk di dalam struktur ini adalah lima unsure pokok (Johnson & Johnson,1993), yaitu saling ketergantungan positif, tanggung jawab individual, interaksi personal, keahlian bekerja sama, dan proses kelompok. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.18)
Falsafah yang mendasari model pembelajaran gotong royong (cooperatfive) learning adalah falsafah homo homini socius. Falsafah ini menekankan bahwa manusia adalah mahkluk social. Kerjasama merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.28)
Tekait dengan perkembangan peserta didik, seperti yang dijelaskan dalam jurnal “peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan alat peraga pada siswa kelas V” ditemukan masalah bahwa dalam perkembangan pengetahuan matematika, siswa mengalami kesulitan menyelesaikan soal matematika khusunya pada materi penjumlahan dan pengurangan bilangan bulat. Terkait dengan masalah tersebut, maka diperlukan suatu upaya untuk menggunakan model pembelajaran yang memungkinkan terjadinya sharing pengetahuan antara teman sejawat, dan antara siswa dengan guru, maka model pembelajaran sebagai solusi masalah ini adalah kooperatif model Jigsaw.


2.    Tujuan model pembelajaran cooperative learning
              Niat dan kiat tidak diperoleh dalam sekejap saja seperti Cinderella yang mendapatkan impiannya dalam semalam. Untungnya juga, karena bukan merupakan hasil sulap, setiap siswa bisa dibina untuk mempunyai niat dan kiat ini. Coopertave learning bertujuan untuk membina pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi dengan pembelajar yang lainnya. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.38)
3.  Karakteristik pembelajaran cooperative
Beberapa karakteristik mendasar dari pembelajaran kooperatif dijelaskan sebagai berikut (Hartono, Rudi, (2014). Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta: Diva Perss. H.103)  :
a)    Pembelajaran secara tim
Pemelajaran kooperatif menonjolkan tim disbanding dengan keberhasilan individu. Sukses tidaknya sebuah pembelajaran dapat diukur dari sejauh mana tim mampu menghasilkan yang terbaik. Inilah yang menuntut setiap siswa dalam sebuah kelompok saling mendukung, member motivasi, dan menambahkan antara yang sati dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
b)    Berlandaskan manajemen kooperatif
Pembelajaran kooperatif juga mempunayi langkah untuk mencapai tujuan dengan menggunakan teori manajemen pada umumnya. Seperti, perencanaan, organisasi, pelaksanaan dan, control. Pembelajaran kooperatif mesti mempunyai perencanaan yang matang agar proses belajar mengajar berlangsung dengan terarah. Sedangkan proses pelaksanaan merupakan implementasi dari perencanaan. Dalam proses pelaksanaan ini sudah ada langkah-langkah praktis, mulai dari tanggungjawab kelompok, tugas guru, dan control. Apakah pelaksanaan sudah sesuai denga perencanaan awal dan apak tujuan yang telah dirancang itu telah tercapai bisa melalui control.  Dengan control inilah, guru mampu mengevaluasi kesalahan-kesalahan yang terjadi untuk menerapkan strategi kooperatif lebih baik dilain waktu.
c)    Hasrat bekerja sama
Prisnsip kerjasama dalam pembelajaran kooperatif menjadi keharusan. Setiap anggota kelompok harus mampu bekerja sama antara yang satu dengan yang lain.
d)    Keterampilan bekerja sama
Tidak semua siswa mempunyai kemauan untuk bekerjasama dengan siswa lain. Ada siswa yang egosi dan tak ingin berbagi. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa harus mempunyai keterampilan untuk bekerja sama. Meski pada dasarnya siswa belum mempunyai keterampilan untuk bekerja sama, tapi guru perlu mendorong dan membantu agar siswa mampu bekerja sama.
B. Menjawab tentang “Mengapa”
1.      Teori Cooperative Learning
Strategi pembelajaran kooperatif atau gotong royong (Coperative Learning)  adalah bentuk pengajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelompok yang bekerja sama antara satu siswa dengan lainnya untuk menyelesaikan masalah. Strategi kooperatif ini lebih akrab dengan belajar kelompok.  Setiap kelompok dalam pembelajaran kooperatif tidak membedakan etnis, bahasa, jenis kelamin, kemampuan akademik, serta suku yang berbeda. (Hartono, Rudi, (2014). Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta: Diva Perss. H.100)
Ada tiga hal penting dalam pengelolaan kelas cooperative learning, yakni pengelompokan, semangat cooperative learning, dan penataan ruang kelas.

a)  Pengelompokan
Menurut Scot Gordon dalam bukunya History and Philosophy of Social Science (1991), pada dasarnya manusia senang berkumpul dengan yang sepadan dan membuat jarak dengan yang berbeda. Namun, pengelompokan dengan orang lain yang sepadan dan serupa ini bisa  menghilangkan kesempatan anggota kelompok untuk memperluas wawasan dan memperkaya diri, karena dalam kelompok homogen tidak terdapat banyak perbedaan yang bisa mengasah proses berpikir, bernegosiasi, berargumentasi, dan berkembang.
Pengelompokan heterogenitas (kemacamragaman) merupakan cirri-ciri yang menonjol dalam metode pembelajaran cooperative learning. Kelompok heterogenitas bisa dibentuk dengan memperhatikan keanekaragaman gender, latar belakang agama-sosio-ekonomi, dan etnik, serta kemampuan akademis. Dalam hal kemampuan akademis, kelompok pembelajaran cooperative learning biasanya terdiri dari satu orang berkemampuan akademis tinggi, dua orang dengan kemampuan sedang, dan saru lainnya dengan kemampuan akademis kurang.
Secara umum, kelompok heterogen disukai oleh para guru yangbtelah memakai metode pembelajaran cooperative earning karena beberapa alasan. Pertama, kelompok heterogen memberikan kesempatan  untuk saling mengajar (peer tutoring) dan saling mendukung. Kedua kelompok ini meningkatkan relasi dan interaksi antarras, agama, etnik, dan gender. Terakhir, kelompok heterogen memudahkan pengelolaan kelas karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru mendapatkan satu asistem untuk setiap tiga orang.


b)  Semangat gotong royong
Agar kelompok bisa bekerja secara efektif dalam proses pembelajaran gotong royong, masing-masing anggota kelompok perlu mempunyai semangat gotong-royong. Semangat ini tidak boleh dalam sekejap. Semangat gotong royonh ini bisa dirasakan dengan membina niat dan kiat siswa dalam bekerjasama dengan siswa-siswa lainnya.
c)  Penataan ruang kelas
Penataan ruang kelas sangat dipengaruhi oleh falsafah dan metode pembelajaran yang dipakai di kelas. Penatan ruang yang klasikal dengan semua bangku menghadap ke satu arah (guru dan papan tulis) sangat sesuai dengan metode ceramah. Dalam metode ini, guru berperan sebagai narasumber yang utama, atau mungkin juga satu-satunya. Metode ceramah dan penataan ruang klasikal bukan satu-satunya model yang bisa dipakai di kelas. Dalam metode pembelajaan cooperative learning, siswa juga bisa belajar dari sesame teman, ruang kelas juga perlu ditata sedemikian rupa sehingga menunjang pembelajaran cooperative learning. Beberapa factor yang perlu dipertimbangkan dalam penataan ruang adalah: ukuran ruang kelas, jumlah siswa, tingkat kedewasaan siswa, toleransi guru dan kelas sebelah terhadap dkegaduhan dari lalulalangnya siswa, toleransi masing-masing siswa terhadap kegaduhan dan lalu lalangnya siswa lain., pengalaman guru dalam melaksanakan metode pembelajaran cooperative learning, dan pengalaman siswa dalam melaksanakan pemelajaran kooperatif learning.



2. PRINSIP COOPERATIVE LEARNING
Dalam menerapkan strategi pembelajaran cooperative, ada beberapa prinsip dasar yang mesti diperhatikan yaitu:
a.      Ketergantungan Positif
Jika ada tugas kelompok. Tak sedikit orang yang ikut terlibat aktif dalam mengerjakan tugas. Banyak siswa yang hanya menumpang nama di sampul. Ini tentu sebuah ketergantungan yang negative dalam sebuah tugas kelompok. Strategi pembelajaran koperatif ingin membangun ketergantungan yang bersifat positif dan menjauhi sikap ketergantungan negative dalam kelompok. (Hartono,Rudi, (2014). ). Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta: Diva Perss. H.103-109.)
Agar semua bekerja secara efektif dan efisien, harus ada proses pembagian tugas yang mesti dikerjakan dengan baik oleh masing-masing siswa. Pembagian tugas ini tentu tak asal-asalan, melainkan harus disesuaikan dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Jadi siswa yang satu akan tergantung pada siswa yang lain, karena tugas itu tidak akan selesai jika diantara sekian anggota ada satu yang melepas tanggung jawab. Jika ada siswa yang tidak bisa mengerjakan tugas, maka siswa yang lain bisa membantunya.
b.      Tanggung Jawab Perorangan
Karena keberhasilan sebuah kelompok sangat ditentukan oleh tugas individu, maka penting bagi guru untuk menanamkan sikap tanggung jawab individu. Jika semua siswa sudah mengerti bahwa tanggung jawab kelompok juga menjadi bagian dari tanggung jawab individu, tentu guru tidak perlu menjelaskan lagi. Hanya saja jika tidak semua siswa mempunyai rasa taggungjawab tinggi demi seduah kelompok, sehingga ketika ada tugas kelompok seperti itu akan merasa beban lebih ringan disbanding dengan tugas individu. Demi kelancaran, penting bagi guru juga untuk memberikan penilaian secara kelompok dan individu sebagai cara untuk menanamkan tanggung jawab perorangan.
c.      Interaksi dan tatap muka
Dalam proses belajar mengajar, tatap muka menjadi suatu hal yang sangat penting. Ketika terjadi sebuah tatap muka yang diiringi dengan pembicaraan, secara tak langsung ada proses menerima dan member pesan.  Interaksi tatap muka ini akan member pengalaman yang cukup berharga bagi siswa, apalagi latar belakang antara siswa yang satu dengan yang lainnya banyak perbedaan. Inilah momentum siswa akan belajar untuk menerima dan member. Pada saat itulah siswa akan memperkaya pengalaman untuk mengenal lebih jauh siswa yang lain.
d.      Partisipasi dan komunikasi
Menurut susilo (2002:1) kegiatan komunikasi merupakan kegiatan untuk berbagi informasi, ide, pikiran, dan pengalaman dengan orang lain secara lisan maupun tulisan. Pembelajaran kooperatif menuntun siswa untuk bersikap partisipatif dalam menyelesaikan tugas. Sikap partisipatif itutak hanya untuk tugas semata, tetapi juga melatih siswa suatu saat kelak mampu berpartisipasi dalam realitas kehidupan masyarakat. Kalau ada siswa dalam satu kelompok tidak berpartisipasi, bagaimana mungkin suatu saat akan mampu berpartisipasi di masyarakat. Partisipasi merupakan sikap yang mesti dilakukan mulai sejak awal. (Susilo (2002:1) dalam Jurnal pendidikan Humaniora dan Sain”Mengembangkan kemampuan komunikasi matematika dengan pendekatan belajar kooperatif pada siswa kelas IV.  (2004). Program pascasarjana, Universitas Negeri Malang. H.24.)
Salah satu alat penting untuk berpartisipasi adalah komunikasi. Komunikasi bukan persoalan sederhana. Ini butuh keahlian dan kecakapan, seperti bagaimana cara siswa menyanggah pendapat orang lain dengan santun, bagaimana cara mengungkapkan pendapat yang tidak memojokkan dan membuat orang lain tersinggung. Kehlian berkomunikasi menjadi kunci awal untuk melakukan partisipasi secara baik.  
3.  PENDEKATAN COPERATIVE LEARNING
Adapun pendekatan yang dugunakan dalam model cooperative learning dijelaskan sebagai berikut:
a.      Mencari Pasangan
Apa itu mencari pasangan?: Teknik belajar mengajar mencari pasangan (Make a Match) dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan teknik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topic dalam suasana yang menyenangkan. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Bagaimana caranya?
1)    Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topic yang mungkin cocok untuk sesi review (persiapan menjelang tes atau ujian).
2)    Setiap siswa mendapat satu buah kartu.
3)    Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang cocok dengan kartunya.
4)    Siswa bisa juga bergabung dengan dua atau tiga siswa lain yang memegang kartu yang cocok. Misalnya pemegang kartu 3+9 akan membentuk kelompok dengan pemegang kartu 3x4 dan 6x2. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.54)
b.  Betukar Pasangan
Apa itu bertukar pasangan?
Teknik belajar mengajar bertukar pasangan member siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik.
Bagaimana caranya?
1)    Setiap siswa mendapatkan satu pasangan ( guru bisa menunjukkan pasangannya atau siswa melakukan prosedur teknik mencari pasangan seperti dijelaskan sebelumnya)
2)    Guru membrikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3)    Setelah selesai, setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan lain.
4)    Kedua pasangan  tersebut bertukar pasangan. Masing masing pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.
5)    Temuan baru yang didapatkan dari bertukar pasangan kemudian dibagikan pada pasangan semula.
c.  Berpikir- Berpasangan- Berempat
Apa itu berpikir berpasangan berempat?
Teknik belajar mengajar berpikir-berpasangan-berempat dikembangkan oleh Frank Lyman (Think-Pair-Share) dan Spencer Kagan (Think-Pair Square)  sebagai struktur kegiatan pembelajaran cooperative learning. Teknik ini member siswa bekerja sendiri serta bekerja sama dengan orang lain. Keunggulan lain dari teknik ini adalah optimalisasi partisipasi siswa. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.57)
Bagaimana caranya?
1)    Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok.
2)    Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri.
3)    Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya.
4)    Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Siswa mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat.
d.  Berkirim Salam dan Soal
ü  Apa itu berkirim salam dan soal?
Teknik belajar mengajar berkirim salam dan soal member siswa kesempatan untuk melatih pengetahuan dan keterampilan mereka. Siswa membuat pertanyaan sendiri sehingga akan merasa lebih terdorong untuk belajar dan menjawab pertanyaan yang dibuat oleh teman sekelasnya.
ü  Bagaimana caranya?
1)    Guru membagi siswa dalam kelompok berempat, dan seitap kelompok ditugaskan untuk menuliskan beberapa pertanyaan yang akan dikirim ke kelompok lain. Guru bisa mengawasi dan membantu memilih soal-soal yang cocok.
2)    Kemudian masing-masing kelompok mengirimkan satu orang utusan yang akan menyampaikan salam dan soal dari kelompoknya (salam kelompok bisa berupa sorak kelompok)
3)    Setiap kelompok mengerjakan soal kiriman dari kelompok lain. Setelah selesai, jawaban masing-masing kelompok dicocokkan dengan jawaban kelompok yang membuat soal. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.58)
e.  Kepala Bernomor
ü  Apa itu kepala bernomor?
Teknik belajar mengajar kepala bernomor (Number Heads) dikembangkan oleh Spancer Kagan (1992). Teknik ini memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu teknik ini, mendorong siswa untuk siswa meningkatkan semangat kerja sama mereka. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak dini.
ü  Bagaimana caranya?
1)    Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.
2)    Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
3)    Guru memutusakan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini.
4)    Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerja mereka. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.59)
e.  Dua Tinggal Dua Tamu
ü  Apa itu dua tinggal dua tamu?
Teknik belajar dua tinggal dua tamu (Two Stay Two Stray) dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992) dan bisa digunakan bersama dengan teknik kepala bernomor. Struktur dua tinggal dua tamu member kesempatan kepada kelompok untuk membagikan hasil dan informasi dengan kelompok lain. Banyak kegiatan belajar mengajar yang diwarnai dengan kegiatan kegiatan individu.siswa tidak diperbolehkan melihat pekrjaan siswa lain. Padahal dalam kenyataan hidup di luar sekolah, kehidupan dan kerja manusia saling bergantung satu dengan yang lainnya. Christophorus Columbus tidak akan menemukan benua amerika jika tidak tergerak oleh penemuan Galileo Galilei. Einstein pun mendasarkan teori-teorinya pada teori Newton.
ü  Bagaimana caranya?
1)    Siswa bekerja sama dengan kelompok berempat seperti biasa.
2)    Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok akan meniggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu kedua kelompok lain.
3)    Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja dan informasi mereka ke tamu mereka.
4)    Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
5)    Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.60)
f.Keliling Kelompok
Apa itu keliling kelompok?
Teknik mengajar keliling kelompok bisa dignakan dalam semua mata pelajaran dan utnuk semua tingkatan usia anak didik. Dalam kegiatan keliling kelompok, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dan mendengarkan dan pemikiran anggota yang lain.
Bagaimana caranya?
1)    Salah satu siswa dalam masing-masing kelompok memulai dengan memberikan pandangan dan pemikirannya mengenai tugas yang sedang mereka kerjakan.
2)    Siswa berikutnya juga ikut memberikan kontribusinya.
6)    Demikian seterusnya. Giliran bicara bisa dilaksanakan menurut arah peraturan jarum jam atau dari kiri ke kanan. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.63)



g.  Kancing Gemerincing
Apa itu kancing gemerincing?
Teknik ini dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Dalam kancing gemmerincing, masing-masing anggota kelompok mendapatkan kesempatan untuk memberikan kontribusi mereka dengan mendengarkan pandangan dan pemikiran orang lain. Keunggulan dari teknik ini adalah untuk mengatasi hambatan pemerataan kesempayan yang sering mewarnai kerja kelompok. Dalam banyak kelompok sering ada anggota yang terlalu dominan dan banyak bicara. Sebaliknya ada juga yang pasif. Dalam situasi seperti ini, pemerataan tanggung jawab dalam kelompok bisa tidak tercapai karena anggota yang pasif akan terlalu menggantungkan diri pada rekannya yang dominan. Teknik belajar mengajar kancing gemerincing memastikan bahwa setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berperan serta.
Bagaimana caranya?
1)    Guru menyiapkan satu kotak kecil yang berisi kancing-kancing (bisa juga benda-benda lainnya, seperti kacang merah, biji kenari, potongan sedotan, batang-batang lidi, sendok es krim, dan sebagainya).
2)    Sebelum kelompok memulai tugasnya, setiap siswa dalam masing-masing kelompok mendapatkan dua atau tiga buah kancning (jumlah kancing bergantung pada sukar tidaknya tugas yang diberikan).
3)    Setiap kali seorang siswa berbicara atau mengeluarkan pendapat, dia harus menyerahkan salah satu kancingnya dan meletakkannya di tengah-tengah. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.63)
4)    Jika kancing yang dimiliki seorang siswa habis, dia tidak boleh berbicara lagi sampai semua rekannya juga menghabiskan semua kancing mereka.
5)    Jika semua kancing sudah habis, sedangkan tugas belum selesai, kelompok boleh mengambil kesepakatan untuk membagi-bagi kancing lagi dan mengulangi prosedurnya.

h.  Keliling Kelas
Apa itu keliling kelas?
Teknik belajar mengajar keliling kelas bisa digunakan pada semua mata pelajaran dan untuk semua tingkat usia anak didik. Namun jika digunakan untuk anak-anak tingkat dasar, teknik ini perlu disertai manajemen kelas yang baik supaya tidak terjadi kegaduhan.
Dalam kegiatan keliling kelas, masing-masing kelompok mendapatkan kesempatan untuk memamerkan hasil kerja mereka dan melihat hasil kerja kelompok lain.
Bagaimana caranya?
1)    Siswa bekerja sama dalam kelompok seperti biasa.
2)    Setelah selesai, masing-masing kelompok memamerkan hasil kerja mereka. Hasil-hasil ini bisa dipajang dibeberapa bagian kelas jika berupa poster atau gambar-gambar.
3)    Masing-masing kelompok berjalan keliling kelas dan mengamati hasil karya kelompok-kelompok lain. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.64)

i.    Lingkaran Kecil Lingkaran Besar
Apa itu lingkaran kecil lingkaran besar?
Pendekatan ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti  ilmu pengetahuan social, agama, matematika, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dalam teknik ini adalah bahan yang membuthkan pertukaran pikiran dan informasi antarsiswa.
Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur yang jelas dan memungkinkan siswa untuk berbagi  dengan pasangan yang berbeda dengan singkat dan teratur. Selain itu siswa  bekerja dengan sesame siswa untuk berbagi dengan pasangan dalam suasana yang gotong royong dan mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi  dan meningkatkan keterampilan berkomunikasi. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.65)
Bagaimana caranya?
Lingkaran individu
1)    Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk ligkaran kecil. Mereka berdiri melingkar dan menghadap keluar.
2)    Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran di luar lingkaran yang pertama. Dengan kata lain, mereka berdiri menghadap ke dalam dan berpasangan dengan siswa yang berada di lingkaran dalam.
3)     Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil dan lngkaran besar berbagi informasi. Siswa yang berada di lingkaran kecil yang memulai. Pertukaran informasi bisa dilakukan oleh semua pasangan dalam waktu yang berpasangan.
4)    Kemudoan siswa yang berada di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang berada di lingkaran besar bergeser atau dua langkah searah perputaran jarum jam. Dengan cara ini masing-masing siswa mendapatkan pasangan yang baru untuk berbagi.
5)    Sekarang giliran siswa yang berada di lingkaran besar yang embagikan informasi. Demikian seterusnya.
Untuk  kelas taman kanak-kanak atau sekolah dasar, perputaran lingkaran bisa disertai dengan nyanyian. Lingkaran besar besar berputar semua siswa bernyanyi. Ditengah-tengah lagu, guru mengatakan “Stop” nyanyian dan perputaran dihentikan. Siswa saling berbagi.
j.    Tari Bambu
Apa itu tari bambu?
Penulis mengembangka teknik belajar mengajar tari bamboo sebagai modifikasi lingkaran kecil lingkaran besar. Teknik ini bernama tari bamboo karena siswa berjajar dan saling berhadapan dengan model yang mirip seperti dua potong bamboo yang digunakan dalam tari bamboo. Dalam kegiatan belajar mengajar dengan teknik ini, siswa saling berbagi informasi pada saat yang bersamaan. Pendekatan ini bisa digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan social, agama, matematika dan bahasa.
Bagaimana caranya?
Tari bambu individu
1)    Separuh kelas berdiri berjajar. Jika ada ruang cukup, mereka bisa berjajar di depan kelas. Kemungkinan lain adalah siswa belajar di sela-selah deretan bangku. Cara ke dua ini, akan memudahkan pembentukan kelompok karena diperlukan waktu yang relative singkat.
2)    Separuh kelas lainnya berjajar dan menghadap jajaran yang pertama.
3)    Dua siswa yang berpasangan dari kedua jajaran berbagi informasi.
4)    Kemudian, satu atau dua siswa ang berdiri di ujung salah satu jajaran pindah ke ujung lainnya di jajarannya. Jajaran ini kemudian bergeser. Dengancara ini masing-masing siswa mendapatkan pasangan baru untuk berbagi. Pergeseran bisa dilakukan terus sesuai kebutuhan.
Tari bambu kelompok
1)    Salah satu kelompok berdiri di satu jajaran berhadapan dengan kelompok lain.
2)    Kelompok bergeser seperti prosedur tari bamboo idividu yang dijelaskan sebelumnya dan saling berbagi. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.67)

k.  Jigsaw
Apa itu jigsaw?
Teknik mengajar jigsaw dikembangkan oleh Aronson et al. sebagai metode cooperative learning. Teknik ini bisa digunakan dalam pelajaran memmbaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan alam, ilmu pengetahuan social, matematika, agama, dan bahasa. Teknik ini cocok untuk semua kelas/tingkatan. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.69)
Jigsaw merupakan salah satu jenis strategi kooperatif yang menempatkan peserta didik dalam kelompok-kelompok kecil untuk menyelidiki suatu topic umum (Aronson, Wilson, & Akert, 2005) (dalam Jacobsen dkk, 2009,236). Jigsaw merupakan strategi yang mampu menciptakan pularis di dalam social peserta didik, ras, suku, agama, dan potensi-[otensi lain. Kerjasama kelompok, saling membantu, berbagi tugas, dan saling menghargai suatu tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran kooperatif jigsaw. (Yamin, Martinis. (2013). Strategi & Metpde Dalam Model Pembelajaran, Jakarta: Referensi Group (GP Press Group). H.90)
Dalam teknik ini guru memperhatikan  schemata atau latar belakang pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata ini agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna.
Bagaimana caranya?
1)    Pengajar membagi nahan pelajaran yang akan diberikan menjadi empat bagian.
2)    Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topic yang akan dibahas dalam bahan pelajaran untuk hari itu.
3)    Siswa dibagi kedalam kelompok berempat.
4)    Bagian pertama bahan diberikan kepada siswa yang pertama, sedangkan siswa yang kedua menerima bagian kedua. Demikian setreusnya.
5)    Kemudian siswa disuruh membaca/,mengerjakan bagian mereka masing-masing.
6)    Setelah selesai, siswa saling berbagi mengenai bagian yang dibaca/dikerjakan masing-masing.
7)    Khusus untuk kegiatan membaca, kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut
8)    Kegiatan ini bisa diakhiri dengan diskusi mengenai topic dalam bahan pelajarn hari itu. Diskusi bisa dilakukan antara pasangan atau seluruh kelas.
Jika tugas yang dikerjakan cukup sulit, siswa bisa membentuk kelompok para ahli. Siswa berkumpul dengan siswa lain yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok lain. Mereka bekerja sama mempelajari/ mengerjakan bagian tersebut. Kemudian masing-masing siswa kembali ke kelompok asal masing-masing dan membagikan apa yang telah dipelajarinya kepada rekan-rekan dalam kelompoknya. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.69)

l.      Bercerita Berpasangan
Apa itu bercerita Berpasangan?
Teknik Mengajar bercerita berpasangan (paired Storytelling), dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pelajaran. Teknik ini bisa digunakan dalam pengajaran membaca, menulis, mendengarkan, ataupun berbicara. Teknik ini menggabungkan kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, dan berbicara. Pendekatan ini bisa pula digunakan dalam beberapa mata pelajaran, seperti ilmu pengetahuan social, agama, dan bahasa. Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dalam teknik ini adalah bahan yang bersifat naratif dan deskriptif. Namun hal ini tidak menutup kemungkinan dipakainya bahan-bahan yang lain.
Dalam kegiatan in siswa dirangsang untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan berimajinasi. Buah-buah pikiran mereka akan dihargai sehingga siswa merasa terdorong untuk belajar.
Bagaimana caranya?
1)    Pengajar membagi bahan pengajaran yang akan digunakanmenjadi dua bagian.
2)    Sebelum bahan pelajaran diberikan, pengajar memberikan pengenalan mengenai topic yang akan dibahas. Penulis bisa menuliskan topic di papan tulis dan menanyakan apa yang siwa ketahui mengenai topic tersebut.
3)    Siswa dipasangkan
4)    Bagian pertama diberikan kepada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua mendapatkan bagian yang kedua.
5)    Kemudian siswa disuruh membaca atau mendengarkan bagian mereka masing-masing.
6)    Sambil membaca/mendengarkan, siswa disuruh mencatat beberapa kata/frasa.
7)    Setelah selesai membaca, siswa saling menukar daftar kata/ frasa kunci dengan pasangan masing-masing.
8)    Sambil mengingat/memperhatikan bagian yang telah dibaca/didengarkan sendiri, masing-masing siswa berusaha untuk mengarang bagian lain yang belum dibaca/didengarkan. Siswa yang telah membaca/mendengarkan bagian yang pertama, berusaha untuk menuliskan apa yang terjadi selanjutnya. Sementara itu, siswa yang membaca atau mendengarkan bagian yang kedua  menuliskan apa yang terjadi sebelumnya.
9)     Kemudian pengajar membagikan bagian cerita yang belum terbaca kepada masing-masing siswa. Siswa membaca bagian tersebut. Kegiatan ini  bisa idkahiri dengan diskusi mengenai topic dalam  pelajaran hari itu. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.71)
4.  Manfaat Kooperative Learning
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
b. Memperbaiki kehadiran
c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
e. Konflik antara pribadi berkurang
f. Pemahaman yang lebih mendalam
g. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
h. Hasil belajar lebih tinggi
Terbukti pula manfaat model Cooperative Learnig dalam Jurnal” peningkatan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif model jigsaw dengan alat peraga pada siswa kelas V SDN Kranjingan 05 Jember” bahwa: aktivitas belajar siswa setelah mengikuti pembelajaran secara klasikal untuk tiap- tipa pertemuan mengalami peningkatan. Persentase ketuntasan hasil belajar siswa SDN Kranjingan 05 Jember, pada akhir siklus 1 adalah 53,5% dalam kategori belum tuntas. Tes akhir siklus II adalah 90% dalam kategori tuntas.
C.   Menjawab tentang “Bagaimana”
1.    Prosedur/ Tahapan Kerja Model Pembelajaran Cooperative Learning
Ada beberapa langkah untuk memulai proses pembelajaran cooperative, mulai dari menjelaskan materi, membuat  siswa belajar dalam kelompok, membuat penilaian, dan ,memberikan penghargaan. Berikut penjelasan lebih lanjut tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.38)
a)    Penjelasan materi
Dalam tahap ini guru menjelaskan pokok-pokok materi pelajaran. Tujuan dari penjelasan materi ini adalah agar guru mempunyai gambaran tentang materi pelajaran sebelum masuk dalam tahap pengelompokan siswa menjadi sebuah tim. Guru menjelaskan sekilas inti materi dengan menggunakan berbagai ragam metode sesuai dengan kenyamanan guru, bisa melalui ceramah, Tanya jawab, atau bisa pula melalui demonstrasi. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.39)

b)    Mengorganisasikan siswa ke dalam beberapa kelompok.
Selesai menjelaskan dan memberi gambaran umum pada siswa,, guru mengorganisasikan siswa menjadi beberapa kelompok sesuai dengan jumlah dan kapasitas kelas. Guru bisa menjelaskan kepada siswa bagaimana membentuk kelompok dan membantu setiap kelompok agar melakukan transissi secara efisien.
Kelompok dibentuk berdasarkan perbedaan tiap anggota. Hal ini bertujuan agar siswa saling mendukung dan terjadi pola peningkatan relasi dan interaksi dengan beragamnya latar belakang. Guru mesti memantau proses berjalannya diskusi diantara beberapa kelompok. Guru juga tidak boleh terlalu focus pada satu kelompok, karena hal ini akan membuat kelompok lain terbengkalai dan luput dari perhatian. Guru mesti menjadi pembimbing kelompok siswa secara adil. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.47)
c)    Evaluasi
Sebagaimana lazimnya sebuah strategi pembelajaran, evaluasi harus selalu diadakan utnuk mengetahui lebih jauh apakah siswa telah mampu memahami pelajaran dengan baik atau tidak. Untuk mengevaluasi, guru bisa melakukan dengan tes, kuis, atau bisa pula setiap dari kelompok mempersentasikan hasil diskusi yang telah dilakukan.  Guru bisa melakukan evaluasi itu dengan tes individual atau kelompok. Jika guru melakukan tes ini secara bersamaan, maka nantinya bisa digabungkan utnuk melihat kelompok mana yang cukup baik, dan siswa mana yang paling aktif. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.51)


d)    Memberikan penghargaan
Ketika guru telah melakukan evaluasi dan telah menemukan kelompok terbaik, langkah selanjutnya adalah memberikan penghargaan. Pemberian penghargaan berujuan untuk menumbuhkan motivasi tinggi bagi kelompok lain agar terus  berpacu belajar meraih prestasi setinggi-tingginya. Bagi kelompok yang paling menonjol diharapkan agar senantiasa mengembangkan kemampuannya untuk terus menjadi lebih baik, dan bagi kelompok yang belum maksimal bisa memperbaiki diri dengan belajar dari pengalaman yang telah dilalui. (Lie,Anita, (2008), Kooperative Learning, Jakarta: PT Gramedia Widia Sarana Indonesia, hal.51)

2.    Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Melalui RPP pada Kelas Rendah dan kelas tinggi.















RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)


Satuan pendidikan          :  SD …………………………
Kelas / semester               :  11 /I
Tema / topik                                   :  4. Aku dan sekolahku
Sub tema                            :  1. Tugas tugas sekolahku
Alokasi waktu                    :  1 hari


A.   KOMPETENSI INTI
1.    Menerima dan menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2.    Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri, dalam berinteraksi dengan keluarga, teman tetangga dan guru.
3.    Memahami pengetahuan secara factual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, mahkluk ciptaan tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
4.    Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak yang beriman dan berakhlak mulia.



B.   Kompetensi dasar dan Indikator
Bahasa Indonesia
2.5 memiliki perilaku santun dan jujur dalam hal kegiatan bermain di lingkungan melalui pemanfaatan bahasa indonesia dan/atau bahasa daerah.
2.5.1. mengamati gambar tentang tugas tugas di sekolah dan mengajukan pertanyaan secara dengan santun dan bahasa yang benar.
2.5.2. menjawab pertanyaan sesuai dengan gambar.
PKn
2.3. menunjukkan perilaku toleran terhadap keberagaman karakteristik  individu dalam kehidupan beragama, suku, fisik, psikis, di rumah dan sekolah.
2.3.1.  bekerjasama melakukan menyusun jadwal harian di sekolah    tanpa membeda bedakan teman.
2.3.2.   gotong royong mebgerjakan tugas kelompok
Matematika
2.1. menunjukkan sikap cermat dan teliti, jujur, tertib dan mengikuti aturan, peduli, disiplin waktu serta tidak mudah menyerah dalam mengerjakan tugas.

2.1.1. mengenal pecahan uang dengan membagikan pecahan uang kepada setiap kelompo.
2.1.2. bekerjasama menjawab pertanyaan mengenai pecehan uang
C.   Tujuan Pembelajaran
1.    Dengan mengamati gambar siswa masuk kelas dan berdoa, siswa dapat mengidentifikasi kegiatan di lingkungan sekitarnya dengan teliti.
2.    Dengan mengamati gambar siswa masuk kelas dan berdoa,  siswa dapat mengajukan pertanyaan sesuai gambbar dengan percaya diri.
3.    Dengan mengamati gambar, siswa dapat menunjukan contoh perilaku di sekolah sesuai dengan makna pancasila sila 1 (ketuhanan yang maha ESA)
4.    Dengan mengamati gambar pecahan mata uang, siswa dapat menyebutkan nilai pecahan mata uang dengan teliti.
5.    Dengan Tanya jawab, siswa dapat menyusun laporan tentang tugas tugas yang harus dilakukan di sekolah, dan membacakan laporan tesebut dengan bahasa yang santun.
D.    PENDEKATAN & METODE
Pendekatan      : dua tinggal dua tamu ( Two stay Two stray)
model                 : Cooperative Learning
Metode               : Penugasan, Tanya Jawab, Diskusi Dan Ceramah

E.   LANGKAH-LANGKAH   PEMBELAJARAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
KEMAMPUAN YANG DIKEMBANGKAN
Pendahuluan

1.  Mengajak semua siswa berdoa
2.  Melakukan komunikasi kehadiran siswa.
3.  Memberikan motivasi kepada siswa.
4.  Menglang sedikit tentang materi sebelumnya.
5.  Bertanya jawab tentang cita-cita semua.
6.  Menyebutkan tujuan belajar hari ini.
7.  Menginformasikan tema hari ini, yaitu: tugas-tugas sekolahku
ü  Sikap: pribadi yang berahklak mulia. Percaya diri. Bertanggung jawab, dan disiplin.
Kegiatan inti


1.  Siswa dibagi kedalam  beberapa kelompok yang beranggotakan 4 orang
2.  Setiap kelompok diajak untuk mengamati gambar tentang kegiatan keiatan siswa yang berbaris dan sedang berdoa ketika memulai pelajaran dengan teliti (mengamati)

3.  Guru membimbing setiap kelompokuntuk mengidentifikasi gambar yang diamati (mengamati)
4.  Setiap kelompok diberi kesempatan untuk mengajukan pertnanyaan (menanya).
5.  Setiap kelompok membuat jadwal harian di sekolah.
6.  Setiap kelompok membaca teks berjudul “awal belajarku” yang diarahkan pada pengemalan pancasila sila 1. (mengumpulkan informasi)
7.  Siswa diarahkan pengenalan berbagai pecahan mata uang (mengasosiasikan)
8.  Kelompok siswa mengamati gambar berbagai pecahan mata uang dan menjawab pertanyaan.

Uang: ...............
Ditulis: ...............
Nilainya: ............



9.  Setelah selesai meengerjakan tugas kelompok, masing-masing kelompok akan meninggalkan kelompoknya dan masing-masing bertamu ke kelompok lain untuk beertukar informasi mengenai hasil kerja kelompoknya.
10.        Dua orang tinggal di kelompoknya. Bertugas membagikan hasil kerja mereka ke tamu mereka.
11.        Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka masing-masing dan melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.
12.        Kelompok mencocokkan dan membahasa hasil kerjanya, kemudian melaporkan hasil kerja tersebut.
Sikap:
ü  cermat, disiplin pecaya diri, dan santun.


Pengetahuan:
ü  Kemampuan mengajukan pertanyaan.
ü  Pemecahan masalah tentang menentukan nilai pecahan mata uang.

Keterampilan:
ü  Membuat jadwal harian di sekolah
ü  Membuat laporan hasil kerja kelompok.
ü  Membacakan laporan hasil kerja kelompok
Penutup


1.    Guru bersama dengan siswa membuat kesimpulan
2.    Anya jawab tentang materi yang telah dipelajari.
3.    Melakukan penilaian hasil belajar.
4.    Mengajak siswa berdoa untuk mengakhiri pelajaran
5.    Member tugas jika masih ada materi yang belum sempat disampaikan.
Sikap:
ü  pribadi berhklk mulia, bertanggung jawan, dan bersyukur.
Pengetahuan:
ü  Kemampuan menyimpulkan pelajaran
Keterampilan:
ü  Terampil bertanya
F.     Media dan alat
1.  Gambar berbagai kegiatan di kelas
2.  Gambar perilaku sesuai symbol pancasila sila 1
3.  Berbagai model pecahan mata uang sampai 500
G.    PENILAIAN
1.    Teknik penilaian
a.    Penilaian sikap (percaya diri)
b.    Penilaian pengetahuan ( daftar periksa dan skor)
c.    Unjuk kerja ( kemampuan menulis dan membacakan laporan hasil kerja kelompok)



Mengetahui                                                                          Guru Kelas II
Kepala Sekolah,                                                                



                                               
 …………………..                                                                 ………………….















RPP kelas IV SD dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT
Satuan Pendidikan              : SD
Kelas/semester                   : IV/II
Tema                                      : 7. Cita-citaku
Sub tema                               : 2. Hebatnya cita-citaku
Alokasi Waktu                      : 45 menit

A.   KOMPETENSI INTI
1.    Menerima dan menghargai, dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya.
2.    Memiliki perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri, dalam berinteraksi dengan keluarga, teman tetangga dan guru.
3.    Memahami pengetahuan secara factual dengan cara mengamati (mendengar, melihat, membaca) dan menanya berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, mahkluk ciptaan tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, sekolah, dan tempat bermain.
4.    Menyajikan pengetahuan factual dalam bahasa yang jelas, logis dan sistematis, dalam karya yang estetis dalam gerakan yang mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak yang beriman dan berakhlak mulia.

B.   KOMPETENSI DASAR DAN INDIKATOR
Matematika
KD:
4.6.        Membuat jarring- jarring bangun ruang yang dibedakan dengan jarring bangun ruang yang sudah ada.
4.6.1.      Menggambar berbagai variasi jaring jaring balok.
4.7.        Membuat benda-benda berdasarkan jarring-jaring bangun ruang yang ditemukan dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang ada di sekitar rumah, sekolah/ tempat bermain.
4.7.1.      Membuat jarring-jaring balok dari karton.
Seni Budaya Dan Prakarya
4.4.        Membentuk karya seni 3 dimensi dari bahan alam.
4.4.1.membuat kotak celengan dari kardus bekas sesuai dengan kreasi masing-masing.
Ilmu Pengtahuan Sosial
3.5.        Memahami manusia dalam interaksi dengan lingkungan alam, social, budaya, dan ekonomi.
3.5.1.menjelaskan manfaat suatu cita-cita terhadap masyarakat, =lingkungan alam dan budaya.
C.   TUJUAN PEMBELAJARAN
1.    Setelah melakukan pengamatan dan diskusi, siswa mampu menggambar berbagai variasi jarring-jaring balok.
2.    Setelah pengamatan dan eksplorasi, siswa mampu membuat dengan benar jarring-jaring balok dari karton.
3.    Setelah pengamatan dan eksplorasi, siswa mampu membuat kreasi benda (celengan) dari bahan bekas berdasarkan jaring-jaring balok.
4.    Berdasarkan teknik intruksi siswa dapat membuat kotak celengan dari kardus bekas sesuai dengan kreasi masig-masing.
5.    Setelah diskusi dan membaca teks bacaan secara mendalam, siswa mampu menjelaskan dengan benar manfaat suatu cita-cita terhadap masyarakat, lingkungan, alam, budaya dengan benar.
D.   MATERI PELAJARAN
1.    Mengenal jaring-jaring bangun ruang
2.    Menggambarkan jaring-jaring bangun ruang sesuai dengan kreativitas.
3.    Memahami manfaat suatu cita-cita terhadap masyarakat, lingkungan alam, dan budaya.
E.   MODEL, METODE, PENDEKATAN
Model      : cooperative learning
Pendekatan: NHT
Metode   : pengamatan, diskusi, Tanya jawab, penugasan.
F.    MEDIA, ALAT, SUMBER BELAJAR
Media      ; gambar
Alat          : barang-barang bekas berupa karton, pastel warna, gunting,                                    plaster.
Sumber   : buku siswa dan buku guru.

G.   LANGKAH-LANGKAH KEGIATAN PEMBELAJARAN
KEGIATAN
DESKRIPSI KEGIATAN
KEMAMPUAN YANG DIKEMBANGKAN
Pendahuluan

1.    Mengajak semua siswa berdoa
2.  Melakukan komunikasi kehadiran siswa.
3.  Memberikan motivasi kepada siswa.
4.  Mengulang sedikit tentang materi sebelumnya.
5.  Bertanya jawab tentang cita-cita semua.
6.  Menyebutkan tujuan belajar hari ini.
7.  Menginformasikan tema hari ini, yaitu: cita-citaku
Sikap:
ü  Pribadi yang berahklak mulia, percaya diri, disiplin dan bertanggung jawab.

Pengetahuan:
ü  Menyimak tema dan tujuan pembalajaran

Keterampilan:
ü  Terampil berdoa, dan bertanya tentang cita-cita
Kegiatan inti

1.  Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok.
2.    Siswa diminta duduk sesuai kelompoknya dan membuat jejaring.
3.    Guru memberikan nomor kepada setiap anggota kelompok.
4.    Guru menunjuk siswa menggambarkan jaring jaring-jaring balok dipapan tulis.
5.    Guru memberikan hadiah kepada siswa yang berani maju ke depan (mengapresiasi)
6.    Setiap kelompok siswa diminta untuk membuka bungkus kemasan berbentuk  balok yang sudah dibawah (mengumpulkan informasi).
7.    Siswa nomor 1 bertugas membacakan petunjuk soal dengan benar, siswa nomor 2 bertugas mencari penjelasan soal, siswa nomor 3 mencatat dan melaporkan hasil kerja klompok.dst.
8.    Guru menunjuk salah satu nomor siswa untuk menggambar jaring-jaring balok di papan tulis.
9.    Setiap anggota kelompok berbagi tugas membuat jaring-jaring balok dari kartun dengan panduan gambar di papan tulis ( siswa benomor 1, bertugas menggambar jaring-jaring balok, siswa bernomor 2 bertugas menggunting jaring-jaring balok yang telah digambar, siswa nomor 3 bertugas melem jaring jaring balok, dan siswa nomor 4 bertugas mendesain/menmbahkan kreasi pada jaring-jaring balok)
10. Setiap kelompok merangkai jaring-jaring balok yang telah dibuat.
11. Setiap kelompok menjelaskan manfaat barang bekas. (soal dibagi kesetiap anggota kelompok sesuai dengan nomor di kepalanya)
1)    Bagaimana cara kita menjaga lingkungan sebagai bentuk syukur kita kepada Tuhan?
2)    Bagaimanakah cara membuat jaring-jaring balok dari barang bekas( kardus)?
3)    Benda apakah yang bisa kamu buat dari pemanfaatan bjaring-jaring balok itu?
4)    Apakah manfaat mengolah bahan bekas menjadi bahan baru terhadap lingkungan alam, budaya dan masyarakat?
12. Guru menambahkan informasi kepada siswa terkait manfaat cita-cita terhadap masyarakat, lingkungan,alam, dan budaya. (mengumpulkan informasi)

Sikap:
ü  cermat, disiplin, percaya diri, gotong royong.

Pengetahuan:
ü  mengetahui cara membuat jaring-jaring
ü  mengetahuui cara pemanfaatan barang bekas.

Keterampilan:

-membuat jaring-jaring kubus.
-Membuat kreasi barang bekas.
-Membaca laporan hasil karya kelompok.
Penutup

1.    Bersama siswa membuat kesimpulan
2.    Tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari
3.    Melakukan penilaian hasil belajar
4.    Mengajak siswa berdoa untuk mengakhiri pelajaran
5.    Memberi tugas untuk kreasi barang bekas lainnya.
Sikap;
ü  Pribadi yang berahklak mulia,(berdoa sebelum pulang)
Pengetahuan:
ü  Mengetahui kesimpulan materi pelajaran.
Keterampilan:
ü  Terampil membuat kesimpulan
ü  Keterampilan bertanya terkait materi yang telah dielajari.

H.   PENILAIAN
1.    Teknik penilaian
a.    Penilaian sikap (percaya diri)
b.    Penilaian pengetahuan ( daftar periksa dan skor)
c.    Unjuk kerja ( kemampuan menulis dan membacakan laporan hasil kerja kelompok)



Mengetahui                                                                                 Guru Kelas IV
Kepala Sekolah,                                                            



                                          
 …………………..                                                                        ………………….







I.    Kiat Keberhasilan
1)    Kiat dan saran bagi Guru` / Pihak sekolah
Bagi guru,pembelajaran kooperatif dapat dijadikan alternative dalam pembelajaran.
2)    Kiat keberhasilan dari penataan kelas
Dalam metode cooperative learning, penataan ruang kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa melihat guru/papan tulis dengan jelas. Bisa melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik, dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata.
Ada kemungkinan beberapa model penataan bangku yang bisa dipakai:
a)    Meja panjang     : siswa berkelompok diujung meja
b)    Penataan tapal kuda    : siswa dalam satu kelompok ditempatkan berdekatan.
c)    Meja laboratorium.
d)    Meja kelompok
e)    Meja klasikal
f)     Meja berbaris
g)    Bangku individu









BAB III
PENUTUP

A.   KESIMPULAN
Strategi pembelajaran kooperatif atau gotong royong (Coperative Learning) adalah bentuk pengajaran yang membagi siswa dalam beberapa kelompok yang bekerja sama antara satu siswa dengan lainnya untuk menyelesaikan masalah. bertujuan untuk membina pembelajar dalam mengembangkan niat dan kiat bekerja sama dan berinteraksi dengan pembelajar yang lainnya. Hal penting dalam pengelolaan kelas cooperative learning, yakni pengelompokan, semangat cooperative learning, dan penataan ruang kelas. Dalam metode cooperative learning, penataan ruang kelas perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Bangku perlu ditata sedemikian rupa sehingga semua siswa melihat guru/papan tulis dengan jelas. Bisa melihat rekan-rekan kelompoknya dengan baik, dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata.

B.   SARAN
Bagi pembaca agar dapat member masukan. bagi guru agar dapat menerapkan model cooperative learning dalam pembelajran, demi terciptanya suasana belajar gotong royong yang juga merupakan karakter bangsa Indonesia.







DAFTAR PUSTAKA

Djaali dkk, 2011. Jurnal Evaluasi Pendidikan, Model Pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI) Asesmen Kinerja Berbasis Masalah Pada Mata Pelajaran Matematika. Program Pascasarjana Universitas negeri Jakarta
.
Hartono, Rudi, 2014. Ragam Model Mengajar Yang Mudah Diterima Murid. Jogjakarta: Diva Perss

Lie, Anita, 2008. Cooperative Learning. Jakarta: PT Grasindo.
Saukah, Ali dkk, 2004. Jurnal Pendidikan Humaniora Dan Sains, Mengembangkan Kemampuan Komunikasi Matematika Dengan Pendekatan Belajar Koopertaif Pada Siswa Kelas IV SD Tahun Pelajaran 2002/2003, Universitas Negeri Malang

Wahyu Setyaninggrum, Rina dkk, 2011. Jurnal penelitian dan pemikiran pendidikan, peningkatan hasil pembelajaran kooperatif model Jigsaw dengan alat peraga pada siswa kelas V Putra  Johar Bahagai (SDN Kranjingan 05 Jember. Fakultas Keguruan dan ilmu pendidikan Muhammadiyah Malang

Yamin, Martinis, 2013. Strategi 7 metode dalam model pembelajaran. Jakarta: Referensi ( GP Press Group)